Infomasi Penting : SITUS REKOMENDASI DARI KAMI SAAT INI ADALAH JPOKER99.COM dan JBANDAR.COM, MIN DEPO RENDAH WINRATE MANTAP, SILAKAN DI GAS BOSKU

Selasa, 28 April 2020

Legenda Asal Munculnya Batu Raden

April 28, 2020 0 Comments
Masterceme, Legenda - Batu Raden merupakan cerita rakyat dari Jawa Tengah yang cukup populer. Salah satu dari kekayaan seni Indonesia adalah cerita rakyat Indonesia yang begitu beragam dari tiap daerah. Berikut adalah kisah Batu Raden, salah satu cerita rakyat dari Jawa Tengah.

Legenda Asal Munculnya Batu Raden

Pada zaman sebelum kerjaaan Majapahit berdiri, hiduplah seorang pemuda bernama Suta, Ia adalah seorang abdi kadipaten yang baik hati. Pekerjaannya sebagai abdi adalah mengerjakan pekerjaan kasar di kadipaten. Selain itu Suta juga bertugas menjaga keamanan wilayah kadipaten dari orang-orang jahat.

Pada suatu hari Suta sedang berjalan-jalan memeriksa sudut-sudut wilayah kadipaten, kemudian dia mendengar suara perempuan sedang menjerit-jerit ketakutan. Suta segera bergegas berlari ke arah sumber suara. Setelah mencari sumber suara tersebut Suta berhenti di sebuah pohon yang besar. Di salah satu dahan pohon ternyata ada seekor ular besar dan didekatnya ada putri adipati yang ketakutan melihat ular tersebut.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Sebenarnya Suta juga merasa takut melihat ular sebesar itu. Namun karena kesetiaannya mengabdikan diri pada adipati Suta berusaha menyingkirkan rasa takutnya. Suta berusaha menolong putri adipati. Kemudian Suta mengambil sebatang kayu besar dan di pukulkan kearah ulat besar itu.
Setelah di pukul beberapa kali akhirnya ular itu roboh ke tanah dan tidak bergerak lagi. Ular itu mati di tangan Suta. Melihat kejadian itu putri adipati merasa senang dan mengucapkan banyak terima kasih pada Suta yang telah menolongnya. Keberanian Suta membuat putri adipati menjadi kagum dan menyukainya.

Setelah kejadian itu mereka menjadi akrab dan sering bertemu. Dari seringnya mereka bertemu telah menumbuhkan bibit cinta di antar keduanya. Mereka saling mencintai walaupun perbedaan derajat kala itu tidak membolehkan seorang abdi mencintai putri. Kanjeng adipati yang mendengar berita bahwa putrinya menyukai Suta menjadi murka. Adipati merasa malu jika putri yang di sayanginya menikah dengan seorang abdi kadipaten yang miskin. Adipati lalu memerintahkan putrinya untuk menjauhi Suta dan tidak boleh ada hubungan di antar keduanya.


Putri adipati menjadi sedih karena dilarang bertemu dengan Suta. Setelah itu tersiar kabar yang lebih memprihatinkan. Dari seorang abdi kepercayaan putri mendengar bahwa Suta di masukkan dalam penjara bawah tanah oleh kanjeng adipati. Tidak hanya itu, selama di penjara Suta tidak di beri makan dan minum. Penjara itu sendiri di genangi air sehingga membuat Suat demam tinggi karena dinginnya genangan air tersebut. Mendengar berita itu putri adipati tidak tahan lagi. 

Dia berusaha untuk menolong Suta karena bukan hanya karena putri mencintainya namun ketika dulu putri pernah berhutang nyawa pada Suta saat dirinya di selamatkan Suta dari ular besar.

Putri Adipati lalu menemui abdi kepercayaan dan memaksanya untuk mengeluarkan Suta dari dalam penjara bawah tanah. Abdi kepercayaan itu lalu menyusup ke dalam penjara dan bertemu Suta yang sedang terserang demam tinggi. 

Lalu abdi kepercayaan membawa Suta keluar dari penjara tersebut secara diam-diam. Dia mengatakan bahwa putri adipati yang telah menolongnya dan saat ini putri sedang menunggu di halaman kadipaten. Setelah berhasil keluar dari penjara, putri dan Suta melarikan diri keluar kadipaten.

Mereka lalu menikah dan tinggal di sebuah desa kecil. Kini desa itu disebut desa Baturaden asal kata dari Batur yang artinya abdi dan keturunan raden yang menunjukkan keturunan adipati.

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Rabu, 22 April 2020

Legenda Manusia Harimau dari Cindaku Sampai Prabu Siliwangi Yang Sakti

April 22, 2020 0 Comments
Masterceme, Legenda - Keberagaman  setiap suku di tanah air seringkali memunculkan legenda-legenda dan mitos  yang dipercaya secara turun temurun. Salah satu kisah cerita rakyat yang hingga saat ini masih sangat kental adalah tentang legenda manusia harimau.

Legenda Manusia Harimau dari Cindaku Sampai Prabu Siliwangi Yang Sakti

Di sumatera, terutama di Jambi terkenal dengan cerita Cindaku sedangkan di Jawa juga memiliki legenda tau mitos yang berhubungan dengan manusia harimau. Mitos yang paling terkenal dari Jawa datang dari kisah harimau Prabu Siliwangi.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Cindaku, Wujud dan Asal-usulnya

Cindaku adalah nama dari makhluk setengah manusia setengah harimau yang hidup di lereng Gunung Kerinci. Makhluk ini telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan diberi tugas untuk menjaga hubungan antara manusia dan harimau yang sudah sejak lama tidak akur dan menimbulkan adanya konflik-konflik berdarah yang menyebabkan kematian dari dua belah pihak.

Cindaku berasal dari manusia yang mempelajari atau memiliki ilmu yang diturunkan dari generasi ke generasi. Dengan ilmu ini, mereka bisa berubah menjadi manusia harimau dan melakukan tugasnya dengan baik. Dengan mempelajari Cindaku, seseorang harus memegang teguh tugasnya agar kelangsungan hidup dua dunia ini tidak berantakan. Oh ya, Cindaku tidak akan bisa berubah atau memiliki kesaktian kalau tidak menyentuh tanah kawasan Kerinci.

Untuk menjembatani antara manusia dan juga harimau, Cindaku akhirnya menjembatani kedua belah pihak untuk melakukan perjanjian. Hasil dari perjanjian itu adalah manusia tidak masuk ke area harimau untuk merusak alam dam membunuh anak cucunya. Hal yang sama juga harus dipatuhi oleh harimau untuk tidak masuk ke dalam dunia manusia dan melakukan kekacauan di sana.

Sayangnya salah satu dari dua pihak ini ada yang melanggar sehingga manusia dan harimau tidak pernah akur lagi. Kejadian-kejadian seperti perburuan liar harimau hingga adanya manusia yang terbunuh harimau jadi kerap terjadi dan membuat banyak pihak semakin berang.

Prabu Siliwangi dan Legenda Ajian Macan Putih

Kisah Prabu Siliwangi sangat dikenal dalam sejarah Sunda sebagai Raja Pajajaran. Salah satu naskah kuno yang menjelaskan tentang perjalanan Prabu Siliwangi adalah kitab Suwasit.

Kitab yg di tulis dngn menggunakan bahsa sunda kuno di dalam selembar kulit Macan putih yg di temukan di desa pajajar Rajagaluh jawa barat.

Prabu Siliwangi seorang raja besar pilih tanding sakti Mandraguna,Arif & Bijaksana Memerintah Rakyatnya di kerajaan Pakuan Pajajaran Putra Prabu Anggalarang atau Prabu dewa Niskala Raja dari kerajaan Gajah dari dinasti Galuh yang berkuasa di Surawisesa atau Kraton Galuh di Ciamis Jawa barat.

Di dalam salah satu pengembarannya, Ketika beliau hendak beristirhat di Curug atau air terjun,curug itu bernama Curug Sawer yg terletak di daerah Majalengka,Raden pemanah Rasa dihadang oleh siluman Harimau Putih Pertempuran pun tak terelakkan.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Raden Pamanah Rasa dan Siluman Harimau Putih yang diketahui memiliki kesaktian tinggi itu pun bertarung sengit hingga Setengah Hari,Namun kesaktian Prabu Pamanah Rasa berhasil.

memenangi pertarungan dan membuat siluman Harimau Putih tunduk kepadanya.
Harimau Putih itu memberi sebuah pusaka yg terbuat dari kulit Macan,
Dengan pusaka itu beliau bisa Terbang Laksana burung,Menghilang tak terlihat oleh mata (ajian Halimun),berjalan secepat angin (Ajian saepi Angin)& Bisa Mendatangkan Bala tentara Jin.
Harimau itupun memutuskan untuk mengabdi kepada Raden Pamanah Rasa sebagai pendamping beliau.

Harimau Putih sakti yang konon bisa berubah jadi manusia itu sudah dipercaya sejak lama oleh orang-orang di kawasan Jawa Barat. Bahkan, banyak masyarakat di kawasan itu yang masih percaya hingga sekarang.

Ajian Manusia Harimau

Dari beberapa contoh manusia harimau di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa Manusia Harimau hadir dari ilmu yang dipelajari oleh manusia. Dengan ilmu seperti Cindaku atau Tapadrawanya yang dilakukan oleh Prabu Siliwangi, seorang manusia bisa berubah wujud menjadi harimau atau manusia harimau yang memiliki kekuatan hebat.

Meski dua ilmu di atas bukanlah ilmu hitam, individu yang mempelajarinya akan mendapatkan banyak masalah. Pertama masalah keyakinan, praktik ini termasuk perilaku yang dilarang oleh agama tertentu. Selanjutnya, beberapa orang akan susah meninggal kalau ilmu ini tidak dilepaskan dari tubuhnya.

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Kamis, 16 April 2020

Legenda Sungai Kerbau Keramat Di Samarinda

April 16, 2020 0 Comments
Masterceme, Legenda - Sungai Mahakam memiliki banyak anak sungai, salah satu nya adalah Sungai Kerbau yang mengalir melalui kota Samarinda, Kalimantan Timur. Masyarakat setempat mengkeramatkan sungai karena sebuah peristiwa aneh yang terjadi beratus-ratus tahun yang lalu.

Pada pertengahan abad ke-13 Masehi, tersebutlah seorang raja bernama Aji Maharaja Sultan yang bertahta di Kerajaan Kutai Kartanegara. Ia merupakan Sultan Kutai Kartanegara ke-3 yang memerintah dari tahun 1360 hingga 1420 Masehi. Pada masa pemerintahannya, Aji Maharaja Sultan mempunyai cita-cita tinggi yakni menyatukan kerajaan-kerajaan di sekitar Mahakam seperti Kutai Martapura, Sri Bangun, Sri Muntai, Tanjung, dan Bahau agar berada di bawah kekuasaan Kutai Kartanegara. Cita-cita sang Sultan pun terkabul dan Kutai Kartanegara menjadi kerajaan yang makmur dan sejahtera. Selain memiliki sumber daya alam yang melimpah, kerajaan ini juga mendapat upeti dari kerajaan-kerajaan taklukan.

Legenda Sungai Kerbau Keramat Di Samarinda

Suatu hari, Aji Maharaja Sultan bermaksud memperindah kota kerajaannya. Ia juga ingin istananya dihiasi dengan ukiran yang indah dan halus. Untuk itu, ia pun mengumpulkan para pembesar kerajaan untuk membicarakan niat tersebut. Dalam sidang itu, Pangeran Mangkubumi mengusulkan agar Baginda Aji Maharaja Sultan mendatangkan ahli pahat dari Jawa.

“Jika sekiranya Baginda tidak keberatan, alangkah baiknya jika Baginda mendatangkan ahli pahat dari abdi dalem[1] Raja Jawa. Mereka sangat mahir mengukir istana,” usul Pangeran Mangkubumi.

“Hmmm… usulan yang bagus. Aku setuju usulan itu,” kata Baginda Aji Maharaja, ”Kalau begitu, segera kirim utusan ke Jawa!”

Keesokan harinya, beberapa utusan berangkat ke Tanah Jawa. Setiba di sana, para utusan itu langsung menyampaikan maksud kedatangan mereka kepada Raja Jawa. Dengan senang hati, Raja Jawa pun berkenan mengirimkan dua orang pemahat ulungnya ke Kerajaan Kutai Kartanegara.

Setelah berhari-hari berlayar mengarungi lautan luas, kedua pemahat yang kakak-beradik tersebut akhirnya tiba di Kerajaan Kutai Kartanegara. Mereka pun disambut baik oleh Baginda Aji Maharaja.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

“Selamat datang di kerajaan kami, wahai utusan Raja Jawa,” sambut Baginda Aji Maharaja dengan ramah, “Saya dengar kalian amat piawai mengukir kayu. Oleh karena itu, saya ingin semua ruang istana ini diukir dengan bermacam-macam motif.”

“Ampun, Baginda. Kebetulan saja hamba dan adik hamba memiliki sedikit keahlian memahat,” jawab salah seorang pemahat itu dengan merendah, “Tapi, kalau boleh hamba tahu, motif apakah yang Baginda inginkan?”

“Aku ingin seni ukir Kutai, Bahau, Kenyah, dan Tunjung dipadukan dengan seni ukir Jawa,” pinta Baginda Aji Maharaja.

“Baiklah, Baginda. Permintaan Baginda segera kami laksanakan,” kata pemahat.

Kedua pemahat kakak-beradik dari Jawa itu pun mulai bekerja dengan giat. Dengan tangan terampil, satu per satu kayu-kayu gelondongan yang telah disiapkan mereka pahat menjadi karya seni ukir yang mengagumkan. Konon, kedua pemahat itu dibantu oleh kekuatan gaib sehingga dalam waktu singkat seluruh pekerjaan dapat mereka selesaikan dengan baik. Kini, istana Kutai Kartanegara telah dipenuhi oleh ukiran-ukiran kayu dari berbagai macam motif.

Baginda Aji Maharaja amat terpesona dan terkagum-kagum menyaksikan hasil kerja kedua pemahat itu. Sebagai ungkapan terima kasih, sang Baginda pun menganugerahi mereka hadiah yang amat banyak. Tidak hanya itu, ia juga mengizinkan mereka tinggal di dalam istana bersama keluarga raja. Sebagai abdi dalem, kedua pemahat itu sangat tahu dan selalu menjaga adat beraja dan tata krama istana. Baginda Aji Maharaja pun semakin perhatian kepada mereka.

Rupanya sikap Baginda Aji Maharaja kepada kedua pemahat tersebut dianggap berlebihan oleh para pejabat istana. Mereka pun merasa iri dan dengki terhadap kedua pemahat dari Jawa tersebut. Oleh karena itu, mereka berniat untuk menyingkirkan keduanya dari istana. Suatu malam, mereka mengadakan rapat tertutup tanpa sepengetahuan sang Baginda.

“Alasan apa yang harus kita sampaikan kepada Baginda untuk mengusir kedua pemahat keparat itu?” tanya salah seorang pejabat istana.

Tak seorang pun peserta sidang yang menjawab. Mereka semua sedang berpikir keras untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Beberapa saat kemudian, seorang pejabat istana lainnya angkat bicara.

“Aku tahu caranya!” kata pejabat itu.

“Apakah itu? Cepat katakan!” desak peserta sidang lainnya.

“Kita fitnah kedua pemahat itu di hadapan Baginda. Kita tuduh mereka melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap dayang-dayang istana. Dengan begitu, Baginda pasti akan murka dan mengusir mereka dari istana ini,’ ujar pejabat itu.

Seluruh peserta sidang menyetujui usulan tersebut. Keesokan harinya, mereka pun segera menghadap Baginda Aji Maharaja untuk mengatakan tuduhan mereka kepada kedua pemahat tersebut. Baginda pun terpancing amarahnya dan kemudian memutuskan akan mengusir kedua pemahat tersebut dari istana. Namun, para pejabat yang dirasuki rasa iri justru mengusulkan hal lain.

“Ampun, Baginda! Jika kedua pemahat itu dibiarkan hidup, mereka dapat bekerja pada raja lain untuk membuat ukiran yang lebih indah dari istana ini,” ujar salah seorang pejabat istana.

Baginda Aji Maharaja terpengaruh. Hatinya amat cemas jika kedua pemahat itu benar-benar melakukan hal tersebut karena ia tidak suka disaingi oleh raja lain, apalagi raja bawahannya. Berkat kepiawaian para pejabat istana menyampaikan kata-kata bujukan, akhirnya sang Baginda pun terpengaruh dan mempercayai kata-kata mereka.

“Baiklah, kalau begitu. Aku perintahkan kalian untuk segera menangkap dan menghukum mati kedua pemahat itu!” titah Baginda Aji Maharaja.

Tanpa menunggu waktu, para pejabat istana pun segera menangkap kedua pemahat itu. Keduanya diikat di sebuah tiang untuk dihukum gantung. Ketika hukuman itu akan dilaksanakan, salah seorang dari pemahat itu bisa meloloskan diri. Rupanya, ia memiliki ilmu sehingga dapat menghilang dalam sekejap mata. Namun, malang bagi pemahat yang lainnya karena ia akhirnya mati di tiang gantungan. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, ia sempat mengucap kata-kata kepada Bagida Aji Maharaja dan para pejabatnya.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

“Sepuluh hancur luluh, sebelas jadi alas,” demikian pesan terakhir dari pemahat itu.

Menurut ahli ramal istana, maksud kata-kata pesan pemahat di atas adalah bahwa pada pemerintahan raja ke-10, Kutai Kartanegara akan hancur dan pada pemerintahan ke-11, ibukota kerajaan itu akan menjadi alas atau hutan. Perkiraan ahli ramal tersebut ternyata benar. Pada masa pemerintahan Aji Sultan Aliyiddin (sekitar tahun 1752 M), Kerajaan Kutai Kartanegara hancur diserang oleh perampok yang dikenal Bajak Sulu Kebuntalan dari Filipina Selatan yang dipimpin Dato Tan Perana. Setelah itu, ibukota kerajaan pun menjadi alas atau hutan yang kini menjadi sebuah kampung kecil bernama Kutai Lama.

Mayat si pemahat yang dihukum mati dibuang ke Sungai Kerbau. Ajaibnya, mayat itu tidak hanyut ke arah hilir mengikuti aliran sungai, melainkan hanyut ke arah hulu muara sungai dekat Kota Samarinda. Itulah sebabnya, Sungai Kerbau dianggap keramat. Oleh penduduk setempat, mayat si pemahat itu dibuatkan makam di tengah-tengah sungai. Hingga kini, makam itu dikeramatkan dan hampir setiap tahun dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah.

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Sabtu, 11 April 2020

Legenda Asal Mula Terbentuk Nya Danau Limboto Di Gorontalo

April 11, 2020 0 Comments
Masterceme, Legenda - Danau Limboto merupakan sebuah danau yang terletak di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo Indonesia. Dulunya, danau ini bernama Bulalo lo limu o tutu, yang berarti danau dari jeruk yang berasal dari Kahyangan. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, keberadaan danau seluas kurang lebih 3.000 hektar ini disebabkan oleh sebuah peristiwa ajaib yang terjadi di daerah itu. Peristiwa apakah yang menyebabkan terjadinya Danau Limboto? Ikuti kisahnya dalam cerita Asal Mula Danau Limboto berikut ini!

Legenda Asal Mula Terbentuk Nya Danau Limboto Di Gorontalo

Dahulu, daerah Limboto merupakan hamparan laut yang luas. Di tengahnya terdapat dua buah gunung yang tinggi, yaitu Gunung Boliohuto dan Gunung Tilongkabila. Kedua gunung tersebut merupakan petunjuk arah bagi masyarakat yang akan memasuki Gorontalo melalui jalur laut. Gunung Bilohuto menunjukkan arah barat, sedangkan Gunung Tilongkabila menunjukkan arah timur.

Pada suatu ketika, air laut surut, sehingga kawasan itu berubah menjadi daratan. Tak beberapa lama kemudian, kawasan itu berubah menjadi hamparan hutan yang sangat luas. Di beberapa tempat masih terlihat adanya air laut tergenang, dan di beberapa tempat yang lain muncul sejumlah mata air tawar, yang kemudian membentuk genangan air tawar. Salah satu di antara mata air tersebut mengeluarkan air yang sangat jernih dan sejuk. Mata air yang berada di tengah-tengah hutan dan jarang dijamah oleh manusia tersebut bernama Mata Air Tupalo. Tempat ini sering didatangi oleh tujuh bidadari bersaudara dari Kahyangan untuk mandi dan bermain sembur-semburan air.

Pada suatu hari, ketika ketujuh bidadari tersebut sedang asyik mandi dan bersendau gurau di sekitar mata air Tupalo tersebut, seorang pemuda tampan bernama Jilumoto melintas di tempat itu. Jilumotodalam bahasa setempat berarti seorang penduduk kahyangan berkunjung ke bumi dengan menjelma menjadi manusia. Melihat ketujuh bidadari tersebut, Jilumoto segera bersembunyi di balik sebuah pohon besar. Dari balik pohon itu, ia memerhatikan ketujuh bidadari yang sedang asyik mandi sampai matanya tidak berkedip sedikitpun.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

“Aduhai…. cantiknya bidadari-bidadari itu!” gumam Jilumoto dengan takjub.

Melihat kecantikan para bidadari tersebut, Jilumoto tiba-tiba timbul niatnya untuk mengambil salah satu sayap mereka yang diletakkan di atas batu besar, sehingga si pemilik sayap itu tidak dapat terbang kembali ke kahyangan. Dengan begitu, maka ia dapat memperistrinya. Ketika para bidadari tersebut sedang asyik bersendau gurau, perlahan-lahan ia berjalan menuju ke tempat sayap-sayap tersebut diletakkan. Setelah berhasil mengambil salah satu sayap bidadari tersebut, pemuda tampan itu kembali bersembunyi di balik pohon besar.

Ketika hari menjelang sore, ketujuh bidadari tersebut selesai mandi dan bersiap-siap untuk pulang ke Kahyangan. Setelah memakai kembali sayap masing-masing, mereka pun bersiap-siap terbang ke angkasa. Namun, salah seorang di antara mereka masih tampak kebingungan mencari sayapnya.

“Hai, Adik-adikku! Apakah kalian melihat sayap Kakak?”.

Rupanya, bidadari yang kehilangan sayap itu adalah bidadari tertua yang bernama Mbu`i Bungale. Keenam adiknya segera membantu sang Kakak untuk mencari sayap yang hilang tersebut. Mereka telah mencari ke sana kemari, namun sayap tersebut belum juga ditemukan. Karena hari mulai gelap, keenam bidadari itu pergi meninggalkan sang Kakak seorang diri di dekat Mata Air Tupalo.

“Kakak.. jaga diri Kakak baik-baik!” seru bidadari yang bungsu.

“Adikku…! Jangan tinggalkan Kakak!” teriak Mbu`i Bungale ketika melihat keenam adiknya sedang terbang menuju ke angkasa.

Keenam adiknya tersebut tidak menghiraukan teriakannya. Tinggallah Mbu`i Bungale seorang diri di tengah hutan. Hatinya sangat sedih, karena ia tidak bisa bertemu lagi dengan keluarganya di Kahyangan. Beberapa saat kemudian, Jilumoto keluar dari tempat persembunyiannya dan segera menghampiri Mbu`i Bungale.

“Hai, Bidadari cantik! Kenapa kamu bersedih begitu?” tanya Jilumoto dengan berpura-pura tidak mengetahui keadaan sebenarnya.

“Sayapku hilang, Bang! Adik tidak bisa lagi kembali ke Kahyangan,” jawab Mbu`i Bungale.

Mendengar jawaban itu, tanpa berpikir panjang Jilumoto segera mengajak Mbu`i Bungale untuk menikah. Bidadari yang malang itu pun bersedia menikah dengan Jilumoto. Setelah menikah, mereka memutuskan untuk tinggal bersama di bumi. Mereka pun mencari tanah untuk bercocok tanam. Setelah berapa lama mencari, akhirnya sepasang suami-istri itu menemukan sebuah bukit yang terletak tidak jauh dari Mata Air Tupalo. Di atas bukit itulah mereka mendirikan sebuah rumah sederhana dan berladang dengan menanam berbagai macam jenis tanaman yang dapat dimakan. Mereka menamai bukit itu Huntu lo Ti`opo atau Bukit Kapas..

Pada suatu hari, Mbu`i Bungali mendapat kiriman Bimelula, yaitu sebuah mustika sebesar telur itik dari Kahyangan. Bimelula itu ia simpan di dekat mata air Tupalo dan menutupinya dengan sehelai tolu atau tudung. Beberapa hari kemudian, ada empat pelancong dari daerah timur yang melintas dan melihat mati air Tupalo tersebut. Begitu melihat air yang jernih dan dingin itu, mereka segera meminumnya karena kehausan setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Usai minum, salah seorang di antara mereka melihat ada tudung tergeletak di dekat mata air Tupalo.

“Hai, kawan-kawan! Lihatlah benda itu! Bukankah itu tudung?” seru salah seorang dari pelancong itu.

“Benar, kawan! Itu adalah tudung,” kata seorang pelancong lainnya.

“Aneh, kenapa ada tudung di tengah hutan yang sepi ini?” sahut pelancong yang lainnya dengan heran.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Oleh Karena penasaran, mereka segera mendekati tudung itu dan bermaksud untuk menangkatnya. Namun, begitu mereka ingin menyentuh tudung itu, tiba-tiba badai dan angin topan sangat dahsyat datang menerjang, kemudian disusul dengan hujan yang sangat deras. Keempat pelancong itu pun berlarian mencari perlindungan agar terhindar dari marabahaya. Untungnya, badai dan angin topan tersebut tidak berlangsung lama, sehingga mereka dapat selamat.

Setelah badai dan hujan berhenti, keempat pelancong itu kembali ke mata air Tupalo. Mereka melihat tudung itu masih terletak pada tempatnya semula. Oleh karena masih penasaran ingin mengetahui benda yang ditutupi tudung itu, mereka pun bermaksud ingin mengangkat tudung itu. Sebelum mengangkatnya, mereka meludahi bagian atas tudung itu dengan sepah pinang yang sudah dimantrai agar badai dan topan tidak kembali terjadi. 

Betapa terkejutnya mereka ketika mengangkat tudung itu. Mereka melihat sebuah benda bulat, yang tak lain adalah mustika Bimelula. Mereka pun tertarik dan berkeinginan untuk memiliki mustika itu. Namun begitu mereka akang mengambil mustika Bimelula itu, tiba-tiba Mbu`i Bungale datang bersama suaminya, Jilumoto.

“Maaf, Tuan-Tuan! Tolong jangan sentuh mustika itu! Izinkanlah kami untuk mengambilnya, karena benda itu milik kami!” pinta Mbu`i Bungale.

“Hei, siapa kalian berdua ini? Berani sekali mengaku sebagai pemilik mustika ini!” seru seorang pemimpin pelancong.

“Saya Mbu`i Bungale datang bersama suamiku, Jilumoto, ingin mengambil mustika itu,” jawab Mbu`i Bungale dengan tenang.

“Hai, Mbu`i Bungale! Tempat ini adalah milik kami. Jadi, tak seorang pun yang boleh mengambil barang-barang yang ada di sini, termasuk mustika ini!” bentak pemimpin pelancong itu.

“Apa buktinya bahwa tempat ini dan mustika itu milik kalian?” tanya Mbui`i Bungale.

Pemimpin pelancong itu pun menjawab:

“Kalian mau lihat buktinya? Lihatlah sepah pinang di atas tudung itu! Kamilah yang telah memberinya,” ujar pemimpin pelancong.

Mendengar pengakuan para pelancong tersebut, Mbu`i Bungale hanya tersenyum.

“Hai, aku ingatkan kalian semua! Kawasan mata air ini diturunkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa kepada orang-orang yang suka berbudi baik antarsesama makhluk di dunia ini. Bukan diberikan kepada orang-orang tamak dan rakus seperti kalian. Tapi, jika memang benar kalian pemilik dan penguasa di tempat ini, perluaslah mata air ini! Keluarkanlah seluruh kemampuan kalian, aku siap untuk menantang kalian!” seru Mbu`i Bungale.

Keempat pelancong itu pun bersedia menerima tantangan Mbu`i Bungale. Si pemimpin pelancong segera membaca mantradan mengeluarkan seluruh kemampuannya.

“Wei mata air Kami! Meluas dan membesarlah,” demikian bunyi mantranya.

Berkali-kali pemimpin pelancong itu membaca mantranya, namun tak sedikit pun menunjukkan adanya tanda-tanda mata air itu akan meluas dan membesar. Melihat pemimpin mereka sudah mulai kehabisan tenaga, tiga anak buah pelancong tersebut segera membantu. Meski mereka telah menyatukan kekuatan dan kesaktian, namun mata air Tupalo tidak berubah sedikit pun. Lama-kelamaan keempat pelancong pun tersebut kehabisan tenaga. Melihat mereka kelelahan dan bercucuran keringat, Mbu`i Bungale kembali tersenyum.

“Hai, kenapa kalian berhenti! Tunjukkanlah kepada kami bahwa mata air itu milik kalian! Atau jangan-jangan kalian sudah menyerah!” seru Mbu`i Bungale.

“Diam kau, hai perempuan cerewet! Jangan hanya pandai bicara!” sergah pemimpin pelancong itu balik menantang Mbu`i Bungale. “Jika kamu pemilik mata air ini, buktikan pula kepada kami!”

“Baiklah, Tuan-Tuan! Ketahuilah bahwa Tuhan Maha Tahu mana hambanya yang benar, permintaannya akan dikabulkan!” ujar jawab Mbu`i Bungale dengan penuh keyakinan.

Usai berkata begitu, Mbu`i Bungale segera duduk bersila di samping suaminya seraya bersedekap. Mulutnya pun komat-kamit membaca doa.

“Woyi, air kehidupan, mata air sakti, mata air yang memiliki berkah. Melebar dan meluaslah wahai mata air para bidadari…. membesarlah….!!!” demikian doa Mbu`i Bungale.

Usai berdoa, Mbu`i Bungale segera mengajak suaminya dan memerintahkan keempat pelancong tersebut untuk naik ke atas pohon yang paling tinggi, karena sebentar lagi kawasan itu akan tenggelam. Doa Mbu`i Bungale pun dikabulkan. Beberapa saat kemudian, perut bumi tiba-tiba bergemuruh, tanah bergetar dan menggelegar. Perlahan-lahan mata air Tupalo melebar dan meluas, kemudian menyemburkan air yang sangat deras. Dalam waktu sekejap, tempat itu tergenang air. Keempat pelancong tersebut takjub melihat keajaiban itu dari atas pohon kapuk.

Semakin lama, genangan air itu semakin tinggi hingga hampir mencapai tempat keempat pelancong yang berada di atas pohon kapuk itu. Mereka pun berteriak-teriak ketakutan.

“Ampun Mbu`i Bungale! Kami mengaku salah. Engkaulah pemilik tempat ini dan seisinya!” teriak pemimpin pelancong itu.

Mbu`i Bungale adalah bidadari yang pemaaf. Dengan segera ia memohon kepada Tuhan agar semburan mata air Tupalo dikembalikan seperti semula, sehingga genangan air itu tidak semakin tinggi dan menenggelamkan keempat pelancong tersebut. Tak berapa lama kemudian, semburan air pada mata air Tupalo kembali seperti semula. Mereka pun turun dari pohon. Mbu`i Bungale segera mengambil tudung dan mustika Bimelula. 

Ajaibnya, ketika ia meletakkan di atas tangannya, mustika yang menyerupai telur itik itu tiba-tiba menetas dan keluarlah seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Wajahnya bercahaya bagaikan cahaya bulan. Mbu`i Bungale pun memberinya nama Tolango Hula, diambil dari kata Tilango lo Hulalo yang berarti cahaya bulan. Menurut cerita, Tolango Hula itulah yang kelak menjadi Raja Limboto.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Setelah itu, Mbu`i Bungale dan suaminya segera membawa gadis kecil itu dan mengajak keempat pelancong tersebut ke rumah mereka. Ketika hendak meninggalkan tempat itu, tiba-tiba Mbu`i Bungale melihat lima buah benda terapung-apung di tengah danau.

“Hai, benda apa itu?” seru Mbu`i Bungale dengan heran sambil menunjuk ke arah benda tersebut.

Karena penasaran, Mbu`i Bungale segera mengambil kelima benda tersebut.

“Bukankah ini buah jeruk?” pikirnya saat  mengamati buah tersebut.

Setelah mencubit dan mencium buah tersebut, lalu mengamatinya, maka yakinlah Mbu`i Bungale bahwa buah jeruk itu sama seperti yang ada di Kahyangan. Untuk lebih meyakinkan dirinya, ia bermaksud untuk memeriksa pepohonan yang tumbuh di sekitar danau.

“Kanda, tolong gendong Tolango Hula! Dinda ingin memeriksa pepohonan di sekitar danau ini. Jangan-jangan di antara pepohonan itu ada pohon jeruk yang tumbuh,” ujar Mbu`i Bungale seraya menyerahkan bayinya kepada sang Suami, Jilumoto.

Setelah beberapa saat mencari dan memeriksa, akhirnya Mbu`i Bungale menemukan beberapa pohon jeruk yang sedang berbuah lebat. Untuk memastikan bahwa pohon yang ditemukan itu benar-benar pohon jeruk dari Kahyangan, ia segera memanggil suaminya untuk mengamatinya.

“Kanda, kemarilah sebentar!” seru Mbu`i Bungale.

“Coba perhatikan pohon dan buah jeruk ini! Bukankah buah ini seperti jeruk Kahyangan, Kanda?” ujarnya.

Suaminya pun segera mendekati pohon jeruk itu sambil menggendong bayi mereka. Setelah memegang dan mengamatinya, ia pun yakin bahwa pohon dan buah jeruk itu berasal dari Kahyangan.

“Kamu benar, Dinda! Pohon jeruk ini seperti yang ada di Kahyangan,” kata Jilumoto.

“Dinda heran! Kenapa ada pohon jeruk Kahyangan tumbuh di sekitar danau ini?” ucap Mbu`i Bungale dengan heran.

Beberapa saat kemudian, Mbu`i Bungale baru menyadari bahwa keberadaan pohon jeruk di sekitar danau itu merupakan anugerah dari Tuhan Yang Mahakuasa. Untuk mengenang peristiwa yang baru saja terjadi di daerah itu, Mbu`i Bungale dan suaminya menamakan danau itu Bulalo lo limu o tutu, yang artinya danau dari jeruk yang berasal dari Kahyangan. Lama-kelamaan, masyarakat setempat menyebutnya dengan Bulalo lo Limutu atau lebih dikenal dengan sebutan Danau Limboto.

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Kamis, 09 April 2020

Dongeng Gunung Kelabat Dan Gunung Lokon

April 09, 2020 0 Comments
Masterceme, Dongeng - Pada zaman dahulu kala, bumi penuh dengan gunung dan pegunungan. Demikian pula daerah Minahasa, diliputi gunung-gunung yang tinggi dan rendah. Gunung-gunung yang ada antara lain Kelabat, Soputan, Lokon, Dua Sudara, Mahawu, Tampusu, Tolangko, Kaweng, Simbel, Lengkoan, Masarang, dan Kawatak. Pegunungan yang ada antara lain Lembean, Kalawiran, dan Kumelembuai.

Dongeng Gunung Kelabat Dan Gunung Lokon

Nama gunung dan pegunungan sering disesuaikan dengan sifat yang biasa terjadi di gunung itu, misalnya Gunung Mahawu sifatnya sering mengeluarkan abu. Adakalanya gunung diberi nama orang, seperti Gunung Soputan. Ada pula nama yang diberikan sesuai keadaannya, misalnya Gunung Dua Sudara.

Sesuai namanya, Gunung Lokon berarti yang tertua dan terbesar. Pengertian lain ialah orang yang sudah tua, bahkan tertua da berbadan besar. Dalam bahasa daerah disebut Tua Lokon atau Tou Tua Lokon, artinya orang yang sudah tua.

Konon, gunung dan pegunungan itu ada penghuninya. Gunung Lokon dihuni Makawalang. Ia sungguh berbahagia karena hidup aman sejahtera di tempat itu tanpa gangguan.

Akan tetapi, pada suatu hari ia disuruh pindah tempat karena didesak orang lain yang merasa lebih berhak tinggal di situ. Penghuni itu bernama Pinontoan dengan istrinya bernama Ambilingan. Makawalang tidak bisa berbuat apa-apa. Ia menyerah dengan hati sedih. Alasan untuk membela diri tidak mungkin didengar Pinontoan. Akhirnya, dengan sedih dan kecewa Makawalang mengambil keputusan untuk segera meninggalkan tempat itu. Ia berjalan menerobos pohon-pohon besar sambil menuruni bukit mencari tempat lain.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Tiba-tiba Makawalang berhenti. Tampak olehnya sebuah. Ia pun masuk ke dalam gua itu hingga jauh ke dalam.

“Apakah yang akan kuperbuat di sini? Ah, lebih baik aku dirikan rumah di sini.” pikir Makawalang.

Ia menancapkan tiang-tiang besar penyangga tanah agar bumi jangan runtuh menindihnya. Ia juga memelihara babi hutan. Hiduplah ia dengan bebas dan bahagia, tidak ada orang yang dapat mengusiknya lagi.

Akan tetapi sayang, jika babi hutan-babi hutan itu menggosok-gosokkan badan mereka ke tiang penahan bumi, terjadilah gempa bumi. Gerakan atau getaran bumi itu terjadi secara mendadak. Apabila babi hutan kecil yang menggosokkan badannya, gempa itu tidak begitu terasa karena gerakan mereka lemah. Sebaliknya, jika babi hutan besar menggosok badan, biasa disebut kantong, gerakan gempanya keras dan besar. Itu berarti, mereka tidak hanya menggosok-gosokkan badan, tetapi juga bersuir-suir (mengorek-ngorek tanah). Di bumi bisa terjadi kerusakan rumah dan jembatan, bahkan dapat menyebabkan tanah longsor dan gelombang pasang.

Untuk meredakan gempa bumi itu, orang-orang di kampung yang berada di atas bumi harus menyembunyikan atau memukul tongtong, buluh, atau barang apa saja. Mereka juga harus berseru, “Wangko! Tambah hebat lagi!” Maksudnya untuk mengolok babi hutan-babi hutan Makawalang supaya berhenti menggosok.

Menurut cerita, pada mulanya Gunung Lokon adalah gunung tertinggi dan terbesar di Minahasa ataiu biasa disebut Malesung. Karena tingginya, jarak antara puncak Gunung Lokon dan langit hanya setangkai sendok. Tidak ada gunung di Minahasa dapat menyainginya.

Gunung Lokon pada Oktober 1991 pernah meletus yang menimbulkan kerugian material mencapai Rp 1 miliar. Ribuan jiwa penduduk di Desa Kakaskasen I, Kakaskasen II, Kinilow dan Tinoor, ketika itu setempat diungsikan besar-besar ke sejumlah daerah yang dinilai tidak rawan

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Selain Gunung Lokon, terdapat pula Gunung Kelabat yang dahulu disebut Kalawat. Gunung ini rendah. Penghuni Gunung Kelabat ingin agar tempat tinggal mereka lebih tinggi dari Gunung Lokon. Kemudian, pergilah mereka menjumpai Pinontoan dan Ambilingan, memohon agar sebagian tanah Gunung Lokon ditambahkan ke Gunung Kelabat.

Karena sangat murah hati dan tidak kikir, Pinontoan dan Ambilingan memberikannya. Mereka tidak menyesal sebagian tanah Gunung Lokon diberikan kepada Gunung Kelabat.

Dengan penuh semangat, penghuni Gunung Kelabat memotong puncak Gunung Lokon. Tanah yang mereka ambil itu diangkut dan dibawa ke Gunung Kelabat. Mereka pun menimbun Gunung Kelabat dengan tanah dari Gunung Lokon.

Akan tetapi, banyak sekali tanah yang tercecer di sekeliling Gunung Lokon. Tanah yang tercecer ini membentuk gugusan gunung, seperti Gunung Kasehe, Gunung Tatawiran, dan Gunung Empung.

Akhirnya, Gunung Lokon menjadi lebih rendah dari Gunung Kelabat. Sekarang, puncak Gunung Lokon tidak ada lagi karena sering meletus dan menjadi rendah. Sebaliknya, Gunung Kelabat sekarang ini menjadi gunung tertinggi di Minahasa.

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Selasa, 07 April 2020

Legenda Awang Sukma Dan 7 Bidadari

April 07, 2020 0 Comments
Masterceme, Legenda - Di pinggir hutan yang lebat, di pematang dirindungi pepohonan yang lebat dan rindang, terdapat sebuah telaga kecil yang tak seberapa dalam. Air nya jernih dan bening, meskipun musim kemarau tak pernah kering sekalipun.

Legenda Awang Sukma Dan 7 Bidadari

Di dekat telaga itu tinggallah seorang lelaki muda nan rupawan, Awang Sukma namanya. la hidup seorang diri dan tidak mempunyai istri. Ia menjadi seorang penguasa di daerah itu. Oleh karena itu, ia bergelar data. Selain berwajah tampan, ia juga mahir meniup suling. Lagu-lagunya menyentuh perasaan siapa saja yang mendengarkannya.

Awang Sukma sering memanen burung jika pohon limau sedang berbunga dan burung-burung datangan mengisap madu. Ia memasang getah pohon yang sudah dimasak dengan melekatkannya di bilah-bilah bambu. Bilah-bilah bambu yang sudah diberi getah itu disebut pulut. Pulut itu dipasang di sela-sela tangkai bunga. Ketika burung hinggap, kepak sayapnya akan melekat di pulut. Semakin burung itu meronta, semakin erat sayapnya melekat. Akhirnya, burung itu menggelepar jatuh ke tanah bersama bilah-bilah pulut. 

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Kemudian, Awang Sukma menangkap dan memasukkannya ke dalam keranjang. Biasanya, puluhan ekor burung dapat dibawanya pulang. Konon itulah sebabnya di kalangan penduduk, Awang Sukma dijuluki Datu Suling dan Datu Pulut.

Akan tetapi, pada suatu hari suasana di daerah itu amat sepi. Tidak ada burung dan tidak ada seekor pun serangga berminat mendekati bunga-bunga Iimau yang sedang merekah.

“Heran,” ujar Awang Sukma, “sepertinya bunga limau itu beracun sehingga burung-burung tidak mau lagi menghampirinya.” Awang Sukma tidak putus asa. Sambil berbaring di rindangnya pohon-pohon limau, ia melantunkan lagu-lagu indah melalui tiupan sulingnya. Selalu demikian yang ia lakukan sambil menjaga pulutnya mengena. Sebenarnya dengan meniup suling itu, ia ingin menghibur diri. Karena dengan lantunan irama suling, kerinduannya kepada mereka yang ia tinggalkan agak terobati. Konon, Awang Sukma adalah seorang pendatang dari negeri jauh.

Awang Sukma terpana oleh irama sulingnya. Tiupan angin lembut yang membelai rambutnya membuat ia terkantuk-kantuk. Akhirnya, gema suling menghilang dan suling itu tergeletak di sisinya. Ia tertidur.

Entah berapa lama ia terbuai mimpi, tiba-tiba ia terbangun karena dikejutkan suara hiruk pikuk sayap-sayap yang mengepak. Ia tidak percaya pada penglihatannya. Matanya diusap-usap.

Ternyata, ada tujuh putri muda cantik turun dari angkasa. Mereka terbang menuju telaga. Tidak lama kemudian, terdengar suara ramai dan gelak tawa mereka bersembur-semburan air.

  Daftar Sekarang

“Aku ingin melihat mereka dari dekat,” gumam Awang Sukma sambil mencari tempat untuk mengintip yang tidak mudah diketahui orang yang sedang diintip.

Dari tempat persembunyian itu, Awang Sukma dapat menatap lebih jelas. Ketujuh putri itu sama sekali tidak mengira jika sepasang mata lelaki tampan dengan tajamnya menikmati tubuh mereka. Mata Awang Sukma singgah pada pakaian mereka yang bertebaran di tepi telaga. Pakaian itu sekaligus sebagai alat untuk menerbangkan mereka saat turun ke telaga maupun kembali ke kediaman mereka di kayangan. Tentulah mereka bidadari yang turun ke mayapada.

Puas bersembur-semburan di air telaga yang jernih itu, mereka bermain-main di tepi telaga. Konon, permainan mereka disebut surui dayang. Mereka asyik bermain sehingga tidak tahu Awang Sukma mengambil dan menyembunyikan pakaian salah seorang putri. Kemudian, pakaian itu dimasukkannya ke dalam sebuah bumbung (tabung dari buluh bekas memasak lemang). Bumbung itu disembunyikannya dalam kindai (lumbung tempat menyimpan padi).

Ketika ketujuh putri ingin mengenakan pakaian kembali, ternyata salah seorang di antara mereka tidak menemukan pakaiannya. Perbuatan Awang Sukma itu membuat mereka panik. Putri yang hilang pakaiannya adalah putri bungsu, kebetulan paling cantik. Akibatnya, putri bungsu tidak dapat terbang kembali ke kayangan.

Kebingungan, ketakutan, dan rasa kesal membuat putri bungsu tidak berdaya. Saat itu, Awang Sukma keluar dari tempat persembunyiannya.

“Tuan Putri jangan takut dan sedih,” bujuk Awang Sukma, “tinggallah sementara bersama hamba.”

Tidak ada alasan bagi putri bungsu untuk menolak. Putri bungsu pun tinggal bersama Awang Sukma.

Awang Sukma merasa bahwa putri bungsu itu jodohnya sehingga ia meminangnya. Putri bungsu pun bersedia menjadi istrinya. Mereka menjadi pasangan yang amat serasi, antara ketampanan dan kecantikan, kebijaksanaan dan kelemahlembutan, dalam ikatan cinta kasih. Buah cinta kasih mereka adalah seorang putri yang diberi nama Kumalasari. Wajah dan kulitnya mewarisi kecantikan ibunya.

Rupanya memang sudah adat dunia, tidak ada yang kekal dan abadi di muka bumi ini. Apa yang disembunyikan Awang Sukma selama ini akhirnya tercium baunya.
Sore itu, Awang Sukma tidur lelap sekali. Ia merasa amat lelah sehabis bekerja. Istrinya duduk di samping buaian putrinya yang juga tertidur lelap. Pada saat itu, seekor ayam hitam naik ke atas lumbung. Dia mengais dan mencotok padi di permukaan lumbung sambil berkotek dengan ribut. Padi pun berhamburan ke lantai.

Putri bungsu memburunya. Tidak sengaja matanya menatap sebuah bumbung di bekas kaisan ayam hitam tadi. Putri bungsu mengambil bumbung itu karena ingin tahu isinya. Betapa kaget hatinya setelah melihat isi bumbung itu.

“Ternyata, suamiku yang menyembunyikan pakaianku sehingga aku tidak bisa pulang bersama kakak-kakakku,” katanya sambil mendekap pakaian itu.

Perasaan putri bungsu berkecamuk sehingga dadanya turun naik. Ia merasa gemas, kesal, tertipu, marah, dan sedih. Aneka rasa itu berbaur dengan rasa cinta kepada suaminya.

“Aku harus kembali,” katanya dalam hati.

Kemudian, putri bungsu mengenakan pakaian itu. Setelah itu, ia menggendong putrinya yang belum setahun usianya. Ia memeluk dan mencium putrinya sepuas-puasnya sambil menangis. Kumalasari pun menangis. Tangis ibu dan anak itu membuat Awang Sukma terjaga.

Awang Sukma terpana ketika menatap pakaian yang dikenakan istrinya. Bumbung tempat menyembunyikan pakaian itu tergeletak di atas kindai. Sadarlah ia bahwa saat perpisahan tidak mungkin ditunda lagi.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

“Adinda harus kembali,” kata istrinya. “Kanda, peliharalah putri kita, Kumalasari. Jika ia merindukan ibunya, Kanda ambillah tujuh biji kemiri, masukkan ke dalam bakul. Lantas, bakul itu Kanda goncang-goncangkan. Lantunkanlah sebuah lagu dengan suling Kanda. Adinda akan datang menjumpainya.”

Putri bungsu pun terbang dan menghilang di angkasa meninggalkan suami dan putri tercintanya. Pesan istrinya itu dilaksanakannya. Bagaimana pun kerinduan kepada istrinya terpaksa dipendam karena mereka tidak mungkin bersatu seperti sedia kala. Cinta kasihnya ditumpahkannya kepada Kumalasari, putrinya. Konon, Awang Sukma bersumpah dan melarang keturunannya untuk memelihara ayam hitam yang dianggap membawa petaka bagi dirinya.

Telaga yang dimaksud dalam legenda di atas kemudian diberi nama Telaga Bidadari, terletak di desa Pematang Gadung. Desa itu termasuk wilayah Kecamatan Sungai Raya, delapan kilometer dari kota Kandangan, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan Propinsi Kalimantan Selatan.


Sampai sekarang, Telaga Bidadari banyak dikunjungi orang. Selain itu, tidak ada penduduk yang memelihara ayam hitam, konon sesuai sumpah Awang Sukma yang bergelar Datu Pulut dan Datu Suling.

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Minggu, 05 April 2020

Legenda Putri Mambang Linau Dan Asal Usul Muncul Nya Tarian Olang-Olang

April 05, 2020 0 Comments
Masterceme, Legenda  - Riau adalah salah satu propinsi di Indonesia yang kaya dengan pelbagai jenis kesenian tradisional yang telah menjadi bagian hidup masyarakat Riau. Pelbagai jenis kesenian tradisional tersebut adalah seni tari, seni musik, seni ukir, seni tenun, seni lukis, seni bela diri, dan teater rakyat. Di antara jenis kesenian tersebut, seni tari (tarian) merupakan jenis kesenian Melayu Riau yang paling menonjol. Seni tari atau tarian merupakan jenis seni gerak yang memiliki gerakan-gerakan khusus.

 Legenda Putri Mambang Linau Dan Asal Usul Muncul Nya Tarian Olang-Olang

Setiap daerah dan suku-bangsa mempunyai gerakan-gerakan tersendiri dalam memperagakan sebuah tarian. Dibalik gerakan-gerakan tersebut terdapat cerita-cerita yang menarik. Salah satu tari yang memiliki cerita menarik di Riau adalah tari Olang-olang. Tarian ini sangat digemari oleh puak Melayu Sakai di kabupaten Bengkalis, Riau.

 Mereka mempercayai bahwa tarian ini lahir dari sebuah cerita legenda yang mengisahkan pertemuan seorang pemuda dengan seorang gadis jelita dari kayangan yang sangat gemulai menari, lalu keduanya bercinta kasih. Namun, jalinan kasih mereka putus, karena si gadis melanggar pantangan yang telah mereka buat. Pantangan apa yang dilanggar gadis itu? Bagaimana kisah pertemuan mereka hingga akhirnya berpisah? Ikuti kisahnya dalam Legenda Putri Mambang Linau.

di tanah Bengkalis hiduplah seorang pemuda bernama Bujang Enok. Ia hidup miskin dan sebatang kara, tak berayah, tak beribu, tak juga bersaudara. Namun, ia adalah pemuda yang baik dan pemurah hati. Pekerjaan sehari-harinya mencari kayu api di dalam hutan, yang kemudian dijualnya ke pasar atau ditukarkannya dengan beras dan keperluan hidupnya yang lain.

Suatu pagi, Bujang Enok sedang berjalan di tengah hutan, tiba-tiba ia dihadang seekor ular berbisa. “Ssssss……Ssssss…..”, ular itu berdesis menjulur-julurkan lidahnya ke arah Bujang Enok. Melihat ular itu, Bujang Enok berusaha menghalaunya dengan baik, namun tidak juga mau pergi. Lalu ia pun mendiamkannya. Ketika ia diamkan, ular itu justru hendak mematuk Bujang Enok. 

Dengan terpaksa, Bujang Enok pun melecutnya dengan semambu (tongkat rotan), pusaka peninggalan almarhum ayahnya. Sekali lecut, ular berbisa itu pun menggeliat, lalu mati. Setelah melihat tak bergerak lagi, Bujang Enok segera mengubur ular itu di pinggir jalan. Setelah itu, ia pun mulai mengumpulkan kayu api. 

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Ketika akan memulai pekerjaannya, ia mendengar suara perempuan sedang bercakap-cakap. “Ular berbisa itu telah mati”, kata sebuah suara perempuan dari arah lubuk di hulu sungai. “Syukurlah, kita tidak akan diganggu ular itu lagi”, sahut suara perempuan lainnya. Semakin lama, suara-suara tersebut semakin jelas terdengar oleh Bujang Enok, namun ia tidak menghiraukan suara tersebut, dan ia terus melanjutkan pekerjaannya mengumpulkan kayu api.

Pada saat tengah hari, seperti biasanya Bujang Enok pulang ke pondoknya. Ketika dia masuk ke dapur pondoknya, Bujang Enok merasa heran, karena di dapurnya telah tersedia nasi dan segala lauk pauk yang lezat rasanya. Karena lapar yang tak tertahan, ia pun langsung melahap semua hidangan yang tersaji itu. Sambil menikmati kelezatan makanan itu, Bujang Enok menebak-nebak dalam hati, “Ibuku sudah meninggal dunia, aku pun tak punya saudara, tetanggaku juga sangat jauh dari sini. Lalu, siapa ya…..yang menghidangkan makanan ini?”. Pikiran-pikiran itu terus berkecamuk dalam benaknya. Karena penasaran, ia pun berniat untuk mencari tahu orang yang menghidangkan makanan itu.

Keesokan harinya, Bujang Enok melaksanakan niatnya untuk mencari tahu orang yang telah berani masuk ke dalam pondoknya

Hari itu ia memutuskan tidak pergi ke hutan. Dari pagi hingga siang ditunggunya orang yang masuk ke pondoknya. Bujang Enok menunggu di antara semak-semak yang berada tak jauh dari pondoknya. Menjelang tengah hari, tiba-tiba dari arah lubuk, datang tujuh gadis jelita. Mereka datang beriring-iringan dan menjunjung hidangan, lalu masuk ke dalam pondok Bujang Enok. Ketujuh gadis itu mengenakan selendang berwarna pelangi. 

Namun dari ketujuh gadis itu, gadis yang berselendang warna jinggalah yang paling cantik. “Waw, cantik sekali gadis yang berselendang jingga itu?”, gumam Bujang Enok sambil mengawasi gadis itu hingga hilang dari pandangannya.

Tak lama kemudian, ketujuh gadis itu keluar dari pondok Bujang Enok, dan berjalan ke arah lubuk hulu sungai. Dengan langkah hati-hati, Bujang Enok membuntuti ketujuh gadis jelita itu hingga ke pinggir lubuk hulu sungai, lalu bersembunyi di rimbunan semak-semak. 

Di balik semak-semak itu, Bujang Enok dapat melihat ketujuh gadis itu tengah berganti pakaian yang akan mandi. Masing-masing gadis itu menyangkutkan selendangnya pada sebuah ranting kayu. Mereka mandi sambil bersendau gurau, hingga tak menyadari kehadiran Bujang Enok yang tak jauh dari tempat mereka mandi

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Suasana yang ramai itu, digunakan Bujang Enok untuk mengambil selendang yang tergantung di ranting. Dari balik semak-semak, Bujang Enok mengaitkan sebuah tongkat ke selendang yang berwarna jingga. Kemudian ia menariknya dengan pelan-pelan, lalu meraih selendang itu dan menyembunyikan di balik bajunya. Setelah itu, ia pun kembali bersembunyi di balik semak-semak.

Setelah selesai mandi, ketujuh gadis itu naik ke tepi lubuk lalu berganti pakaian. Masing-masing mengambil dan mengenakan selendangnya yang tergantung di ranting. Namun, di antara ketujuh gadis itu ada seorang gadis yang kehilangan selendang. “Selendang saya di mana?, tanya gadis itu sambil mencari-cari selendangnya yang hilang. 

Namun, tak seorang pun temannya yang tahu keberadaan selendang itu. Lalu, gadis itu meneruskan pencariannya, dibantu keenam gadis lainnya. Setelah beberapa lama mereka mencari, tapi selendang jingga itu tak kunjung ditemukan. Menjelang sore, keenam gadis yang telah mengenakan selendang, tiba-tiba menari dan kemudian melayang-layang terbang ke angkasa meninggalkan gadis yang kehilangan selendang itu seorang diri di tepian lubuk. 

Sementara itu, Bujang Enok tercengang-cengang menyaksikan peristiwa itu dari balik semak-semak. Bujang Enok terus memandangi keenam gadis itu tanpa berkedip sedikit pun. Makin tinggi terbang ke angkasa, makin kecil keenam gadis itu terlihat. Sampai akhirnya mereka menghilang dari pandangan Bujang Enok.

Setelah itu, Bujang Enok keluar dari persembunyiannya dan menghampiri gadis yang sedang mencari-cari selendangnya. “Apa yang kau cari, wahai gadis cantik?” tanya Bujang Enok. “Tuan, apabila Tuan mengetahui selendang berwarna jingga, hamba mohon kembalikanlah selendang itu,” pinta Gadis itu sambil menyembah

Bujang Enok menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu berkata: “Saya bersedia mengembalikan selendang jingga milik Tuan Putri, tetapi dengan syarat, Tuan Putri bersedia menikah dengan saya,” kata Bujang Enok. “Ya, saya berjanji bersedia menikah dengan Tuan, asalkan Tuan sanggup berjanji pula, apabila saya terpaksa harus menari, berarti kita akan bercerai kasih,” kata gadis jelita itu dengan tulus. “Baiklah, saya bersedia mengingat janji itu. 

Nama saya Bujang Enok,” jelas Bujang Enok memperkenalkan dirinya. “Nama saya Mambang Linau,” kata gadis jelita itu membalasnya. Sejak saat itu, mereka menjalin cinta kasih dalam sebuah bahtera rumah tangga. Bujang Enok dan Mambang Linau hidup bahagia, rukun dan berkecukupan.

Sejak menikah dengan Mambang Linau, Bujang Enok semakin terkenal di kampungnya dengan sifat pemurahnya. Kepemurahan hati Bujang Enok itu terdengar oleh Raja yang berkuasa di negeri itu. Kemudian sang Raja pun memanggil Bujang Enok menghadap kepadanya untuk diangkat menjadi Batin (Kepala Kampung) di kampung Petalangan

Bujang Enok pun datang ke istana. Setelah di hadapan Raja, “Ampun, Baginda! Ada apa gerangan Baginda memanggil hamba?”, tanya Bujang Enok sambil memberi hormat. “Wahai Bujang Enok, bersediakah kamu saya jadikan Batin di kampung Petalangan?‘, sang Raja bertanya pula. “Ampun, Baginda! Jika itu kehendak Baginda, dengan senang hati hamba bersedia menjadi Batin”, jawab Bujang Enok pelan sambil memberi hormat. Kesediaan Bujang Enok menjadia Batin membuat sang Raja senang. Beberapa hari kemudian, Bujang Enok pun dilantik menjadi Batin di kampung Petalangan.

Sejak menjadi Batin, Bujang Enok pun menjadi salah seorang kepercayaan sang Raja. Setiap mengadakan pesta, sang Raja selalu mengundang Bujang Enok. Suatu hari, sang Raja mengadakan pesta di istana. Dalam pesta itu wajib diisi dengan tari-tarian yang dipersembahkan oleh dayang, istri pembesar istana, istri para penghulu dan kepercayaan raja, termasuk istri Bujang Enok, Putri Mambang Linau

Setelah acara dimulai, satu persatu para istri mempersembahkan tarian mereka. Putri Mambang Linau yang sedang menyaksikan pertunjukan tarian itu, mulai berdebar-debar. Dalam hatinya, “Jika aku ikut menari, berarti aku akan bercerai dengan Suamiku”. Baru saja ia selasi bergumam, tiba-tiba, “Kami persilakan Putri Mambang Linau,” titah Raja diiringi tepuk tangan para hadirin. Mendengar titah sang Raja, hatinya pun semakin berdebar kencang. 

Bujang Enok yang duduk di sampingnya menoleh ke arah istrinya, “Wahai adinda Mambang Linau, kakanda menjunjung tinggi titah raja,” bisik Bujang Enok. Mambang Linau mengerti maksud bisikan suaminya, lalu menjawab “Demi menjunjung titah raja dan rasa syukur atas tuah negeri, saya bersedia menari,” jawab Mambang Linau seraya mengenakan selendang berwarna jingga dan kemudian menuju ke atas pentas.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Sebelum memulai tariannya, Putri Mambang Linau terlebih dahulu melakukan gerakan-gerakan persembahan untuk menjaga tata kesopanan dalam istana dan menghormati sang Raja. Setelah itu, ia pun mulai menari layaknya seekor burung elang. 

Ia melambaikan selendangnya seraya mengepak-ngepakkannya. Perlahan-lahan kakinya diangkat seperti tak berpijak di bumi. Tiba-tiba Mambang Linau meliukkan badannya, dan seketika itu ia pun terbang melayang, membubung ke angkasa menuju kayangan. Semua yang hadir terperangah menyaksikan peristiwa tersebut. Sejak itu, Putri Mambang Linau tidak pernah kembali lagi. Sejak itu pula, Batin Bujang Enok bercerai kasih dengan Putri Mambang Linau. 

Betapa besar pengorbanan Bujang Enok. Ia rela bercerai dengan istrinya demi menjunjung tinggi titah sang Raja. Menyadari hal itu, sang Raja pun menganugerahi Bujang Enok sebuah kehormatan yaitu dilantik menjadi Penghulu yang berkuasa di istana. Dari peristiwa ini pula lahir sebuah pantun yang berbunyi:

Ambillah seulas si buah limau
Coba cicipi di ujung-ujung sekali
Sudahlah pergi si Mambang Linau
Hamba sendiri menjunjung duli

Setelah peristiwa itu, Raja Negeri bertitah bahwa untuk menghormati pengorbanan Bujang Enok, maka setiap tahun diadakan acara tari persembahan. Tarian ini mengisahkan Putri Mambang Linau sejak pertemuan sampai perpisahannya dengan Bujang Enok. Karena gerakannya menyerupai burung elang yang sedang melayang (elang babegar), maka tarian itu dinamakan tarian elang-elang. 

Kini, masyarakat Riau lebih senang menyebutnya tari olang-olang. Tarian olang-olang ini biasanya dimainkan dengan diiringi oleh gendang (gubano) rebab, calempong dan gong. Tarian ini dapat dijumpai di kecamatan Siak dan Merbau, kabupaten Bengkalis, Riau, Indonesia.

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Follow Us @soratemplates