Infomasi Penting : SITUS REKOMENDASI DARI KAMI SAAT INI ADALAH JPOKER99.COM dan JBANDAR.COM, MIN DEPO RENDAH WINRATE MANTAP, SILAKAN DI GAS BOSKU

Selasa, 31 Maret 2020

Legenda Asal-usul Terbentuknya Danau Malawen

Maret 31, 2020 0 Comments
Masterceme, Legenda - Danau Malawen adalah sebuah danau yang terletak di Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah, Indonesia. Menurut cerita yang beredar di kalangan masyarakat setempat, danau yang di tepiannya terdapat beragam jenis anggrek ini dahulu merupakan sebuah aliran sungai yang di dalamnya hidup berbagai jenis ikan. Namun karena terjadi peristiwa yang mengerikan, sungai itu berubah menjadi danau. Peristiwa apakah yang menyebabkan sungai itu berubah menjadi danau? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita Asal Mula Danau Malawen berikut ini.

Legenda Asal-usul Terbentuknya Danau Malawen

di tepi sebuah hutan di daerah Kalimantan Tengah, Indonesia, hidup sepasang suami-istri miskin. Meskipun hidup serba pas-pasan, mereka senantiasa saling menyayangi dan mencintai. Sudah sepuluh tahun mereka berumah tangga, namun belum juga dikaruniai seorang anak. Sepasang suami-istri tersebut sangat merindukan kehadiran seorang buah hati belaian jiwa untuk melengkapi keluarga mereka. Untuk itu, hampir setiap malam mereka berdoa memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar impian tersebut dapat menjadi kenyataan.

Pada suatu malam, usai memanjatkan doa, sepasang suami istri pergi beristirahat. Malam itu, sang Istri bermimpi didatangi oleh seorang lelaki tua.

“Jika kalian menginginkan seorang keturunan, kalian harus rela pergi ke hutan untuk bertapa,” ujar lelaki tua dalam mimpinya itu.

Baru saja sang Istri akan menanyakan sesuatu, lelaki tua itu keburu hilang dari dalam mimpinya. Keesokan harinya, sang Istri pun menceritakan perihal mimpinya tersebut kepada suaminya.

“Bang! Benarkah yang dikatakan kakek itu?” tanya sang Istri.

“Entahlah, Dik! Tapi, barangkali ini merupakan petunjuk untuk kita mendapatkan keturunan,” jawab sang Suami.

‘Lalu, apa yang harus kita lakukan, Bang! Apakah kita harus melaksanakan petunjuk kakek itu?” sang Istri kembali bertanya.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

“Iya, Istriku! Kita harus mencoba segala macam usaha. Siapa tahu apa yang dikatakan kakek itu benar,” jawab suaminya.

Keesokan harinya, usai menyiapkan bekal seadanya, sepasang suami-istri itu pun pergi ke sebuah hutan yang letaknya cukup jauh. Setelah setengah hari berjalan, sampailah mereka di sebuah hutan yang sangat lebat dan sunyi. Mereka pun membangun sebuah gubuk kecil untuk tempat bertapa.

Ketika hari mulai gelap, sepasang suami-istri itu pun memulai pertapaan mereka. Keduanya duduk bersila sambil memejamkan mata dan memusatkan konsentrasi kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Sudah berminggu-minggu mereka bertapa, namun belum juga memperoleh tanda-tanda maupun petunjuk. Meskipun harus menahan rasa lapar, haus dan kantuk, mereka tetap melanjutkan pertapaan hingga berbulan-bulan lamanya. Sampai pada hari kesembilan puluh sembilan pun mereka belum mendapatkan petunjuk. Rupanya, Tuhan Yang Mahakuasa sedang menguji kesabaran mereka.

Pada hari keseratus, kedua suami-istri itu benar-benar sudah tidak tahan lagi menahan rasa lapar, haus dan kantuk. Maka pada saat itulah, seorang lelaki tua menghampiri dan berdiri di belakang mereka.

“Hentikanlah pertapaan kalian! Kalian telah lulus ujian. Tunggulah saatnya, kalian akan mendapatkan apa yang kalian inginkan!” ujar kakek itu.

Mendengar seruan itu, sepasang suami-istri itu pun segera menghentikan pertapaan mereka. Alangkah terkejutnya mereka saat membuka mata dan menoleh ke belakang. Mereka sudah tidak melihat lagi kakek yang berseru itu. Akhirnya mereka pun memutuskan pulang ke rumah dengan berharap usaha mereka akan membuahkan hasil sesuai dengan yang diinginkan.

Sesampainya di rumah, suami-istri itu kembali melakukan pekerjaan sehari-hari mereka sambil menanti karunia dari Tuhan. Setelah melalui hari-hari penantian, akhirnya mereka pun mendapatkan sebuah tanda-tanda akan kehadiran si buah hati dalam keluarga mereka. Suatu sore, sang Istri merasa seluruh badannya tidak enak.

“Bang! Kenapa pinggangku terasa pegal-pegal dan perutku mual-mual?” tanya sang Istri mengeluh.

“Wah, itu pertanda baik, Istriku! Itu adalah tanda-tanda Adik hamil,” jawab sang Suami dengan wajah berseri-seri.

Benarkah itu, Bang?” tanya sang Istri yang tidak mengerti hal itu, karena baru kali ini ia mengalami masa kehamilan.

“Benar, Istriku!” jawab sang Suami.

Sejak saat itu, sang Istri selalu ingin makan buah-buahan yang kecut dan makanan yang pedas-pedas. Melihat keadaan istrinya itu, maka semakin yakinlah sang Suami bahwa istrinya benar-benar sedang hamil.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

“Oh, Tuhan terima kasih!” ucap sang Suami.

Usai mengucapkan syukur, sang Suami mendekati istrinya dan mengusap-usap perut sang Istri.

“Istriku! Tidak lama lagi kita akan memiliki anak. Jagalah baik-baik bayi yang ada di dalam perutmu ini!” ujar sang Suami.

Waktu terus berjalan. Usia kandungan sang Istri genap sembilan bulan, pada suatu malam sang Istri pun melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Kumbang Banaung. Alangkah senang dan bahagianya sepasang suami-istri itu, karena anak yang selama ini mereka idam-idamkan telah mereka dapatkan. Mereka pun merawat dan membesarkan Kumbang Banaung dengan penuh kasih sayang.

Ketika Kumbang Banaung berusia remaja dan sudah mengenal baik dan buruk, mereka memberinya petuah atau nasehat agar ia menjadi anak yang berbakti kepada orangtua dan selalu berlaku santun serta bertutur sopan ke mana pun pergi.

wahai anak dengarlah petuah,

kini dirimu lah besar panjang

umpama burung lah dapat terbang

umpama kayu sudah berbatang

umpama ulat lah mengenal daun

umpama serai sudah berumpun

banyak amat belum kau dapat

banyak penganyar belum kau dengar

banyak petunjuk belum kau sauk

banyak kaji belum terisi

maka sebelum engkau melangkah

terimalah petuah dengan amanah

supaya tidak tersalah langkah

supaya tidak terlanjur lidah

pakai olehmu adat merantau

di mana bumi dipijak,

di sana langit dijunjung

di mana air disauk

di sana ranting dipatah

di mana badan berlabuh,

di sana adat dipatuh

apalah adat orang menumpang:

berkata jangan sebarang-barang

berbuat jangan main belakang

adat istiadat lembaga dituang

dalam bergaul tenggang menenggang

Selain itu, sang Ayah juga mengajari Kumbang Banaung cara berburu. Setiap hari ia mengajaknya ke hutan untuk berburu binatang dengan menggunakan sumpit.

Seiring berjalannya waktu, Kumbang Banaung pun tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan rupawan. Namun, harapan kedua orangtuanya agar ia menjadi anak yang berbakti tidak terwujud. Perilaku Kumbang Banaung semakin hari semakin buruk. Semua petuah dan nasehat sang Ayah tidak pernah ia hiraukan.

Pada suatu hari, sang Ayah sedang sakit keras. Kumbang Banaung memaksa ayahnya untuk menemaninya pergi berburu ke hutan.

“Maafkan Ayah, Anakku! Ayah tidak bisa menemanimu. Bukankah kamu tahu sendiri kalau Ayah sekarang sedang sakit,” kata sang Ayah dengan suara pelan.

“Benar, Anakku! Kalau pergi berburu, berangkatlah sendiri. Biar Ibu menyiapkan segala keperluanmu,” sahut sang Ibu.

“O iya, Anakku! Ini ada senjata pusaka untukmu. Namanya piring malawan. Piring pusaka ini dapat digunakan untuk keperluan apa saja,” kata sang Ayah sambil memberikan sebuah piring kecil kepada Kumbang Banaung.

Kumbang Banaung pun mengambil piring pusaka itu dan menyelipkan di pinggangnya. Setelah menyiapkan segala keperluannya, berangkatlah ia ke hutan seorang diri. Sesampainya di hutan, ia pun memulai perburuannya. Namun, hingga hari menjelang siang, ia belum juga mendapatkan seekor pun binatang buruan. Ia tidak ingin pulang ke rumah tanpa membawa hasil. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk melanjutkan perburuannya dengan menyusuri hutan tersebut. Tanpa disadarinya, ia telah berjalan jauh masuk ke dalam hutan dan tersesat di dalamnya.

Ketika mencari jalan keluar dari hutan, ternyata Kumbang Banaung sampai di sebuah desa bernama Sanggu. Desa itu tampak sangat ramai dan menarik perhatian Kumbang Banaung. Rupanya, di desa tersebut sedang diadakan upacara adat yang diselenggarakan oleh Kepala Desa untuk mengantarkan masa pingitan anak gadisnya yang bernama Intan menuju masa dewasa. 

Upacara adat itu diramaikan oleh pagelaran tari. Saat ia sedang asyik menyaksikan para gadis menari, tiba-tiba matanya tertuju kepada wajah seorang gadis yang duduk di atas kursi di atas panggung. Gadis itu tidak lain adalah Intan, putri Kepala Desa Sanggu. Mata Kumbang Banaung tidak berkedip sedikit pun melihat kecantikan wajah si Intan.

“Wow, cantik sekali gadis itu,” kata Kumbang Banaung dalam hati penuh takjub.

Tidak terasa, hari sudah hampir sore, Kumbang Banaung pulang. Ia berusaha mengingat-ingat jalan yang telah dilaluinya menuju ke rumahnya. Setelah berjalan menyusuri jalan di hutan itu, sampailah ia di rumah.

“Kamu dari mana, Anakku? Kenapa baru pulang?” tanya Ibunya yang cemas menunggu kedatangannya.

Kumbang Banaung pun bercerita bahwa ia sedang tersesat di tengah hutan. Namun, ia tidak menceritakan kepada orangtuanya perihal kedatangannya ke Desa Sanggu dan bertemu dengan gadis-gadis cantik. Pada malam harinya, Kumbang Banaung tidak bisa memejamkan matanya, karena teringat terus pada wajah Intan.

Keesokan harinya, Kumbang Banaung berpamitan kepada kedua orangtuanya ingin berburu ke hutan. Namun, secara diam-diam, ia kembali lagi ke Desa Sanggu ingin menemui si Intan. Setelah berkenalan dan mengetahui bahwa Intan adalah gadis cantik yang ramah dan sopan, maka ia pun jatuh hati kepadanya. Begitu pula si Intan, ia pun tertarik dan suka kepada Kumbang Banaung. Namun, keduanya masih menyimpan perasaan itu di dalam hati masing-masing.

Sejak saat itu, Kumbang Banaung sering pergi ke Desa Sanggu untuk menemui Intan. Namun tanpa disadari, gerak-geriknya diawasi dan menjadi pembicaraan penduduk setempat. Menurut mereka, perilaku Kumbang Banaung dan Intan telah melanggar adat di desa itu. Sebagai anak Kepala Desa, Intan seharusnya memberi contoh yang baik kepada gadis-gadis sebayanya. Oleh karena tidak ingin putrinya menjadi bahan pembicaraan masyarakat, ayah Intan pun menjodohkan Intan dengan seorang juragan rotan di desa itu.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Pada suatu hari, Kumbang Banaung mengungkapkan perasaannya kepada Intan.

“Intan, maukah Engkau menjadi kekasih, Abang?” tanya Kumbang Banaung.

Mendengar pertanyaan itu, Intan terdiam. Hatinya sedang diselimuti oleh perasaan bimbang. Di satu sisi, ia suka kepada Kumbang Banaung, tapi di sisi lain ia telah dijodohkan oleh ayahnya dengan juragan rotan. Ia sebenarnya tidak menerima perjodohan itu, karena juragan rotan itu telah memiliki tiga orang anak. Namun, karena watak ayahnya sangat keras, maka ia pun terpaksa menerimanya.

“Ma… maafkan Aku, Bang!” jawab Intan gugup.

“Ada apa Intan? Katakanlah!” desak Kumbang Banaung.

Setelah beberapa kali didesak oleh Kumbang Banaung, akhirnya Intan pun menceritakan keadaan yang sebenarnya. Intan juga mengakui bahwa ia juga suka kepadanya, namun takut dimarahi oleh ayahnya. Mengetahui keadaan Intan tersebut, Kumbang Banaung pun segera pulang ke rumahnya untuk menyampaikan niatnya kepada kedua orangtuanya agar segera melamar Intan.

“Kita ini orang miskin, Anakku! Tidak pantas melamar anak orang kaya,” ujar sang Ayah.

“Benar kata ayahmu, Nak! Lagi pula, tidak mungkin orangtua Intan akan menerima lamaran kita,” sahut ibunya.

“Tidak, Ibu! Aku dan Intan saling mencintai. Dia harus menjadi istriku,” tukas Kumbang Banaung.

“Jangan, Anakku! Urungkanlah niatmu itu! Nanti kamu dapat malapetaka. Mulai sekarang kamu tidak boleh menemui Intan lagi!” perintah ayahnya.

Kumbang Banaung tetap tidak menghiraukan nasehat kedua orangtuanya. Ia tetap bersikeras ingin menikahi Intan bagaimana pun caranya. Pada suatu malam, suasana terang bulan, diam-diam ia pergi ke Desa Sanggu untuk menemui Intan. Ia berniat mengajaknya kawin lari.

“Intan, bagaimana kalau kita kawin lari saja,” bujuk Kumbang Banaung.

“Iya Bang, aku setuju! Aku tidak mau menikah dengan orang yang sudah mempunyai anak,” kata Intan.

Setelah melihat keadaan di sekelilingnya aman, keduanya berjalan mengendap-endap ingin meninggalkan desa itu. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba beberapa orang warga yang sedang meronda melihat mereka.

“Hei, lihatlah! Bukankah itu Kumbang dan Intan,” kata salah seorang warga.

“Iya, Benar! Sepertinya si Kumbang akan membawa lari si Intan,” imbuh seorang warga lainnya.

Menyadari niatnya diketahui oleh warga, Kumbang dan Intan pun segera berlari ke arah sungai.

“Ayo, kita kejar mereka!” seru seorang warga.

Kumbang Banaung dan Intan pun semakin mempercepat langkahnya untuk menyelamatkan diri. Namun, ketika sampai di sungai, mereka tidak dapat menyeberang.

“Bang, apa yang harus kita lakukan! Orang-orang desa pasti akan menghukum kita,” kata Intan dengan nafas terengah-engah.

Dalam keadaan panik, Kumbang Banaung tiba-tiba teringat pada piring malawen pemberian ayahnya. Ia pun segera mengambil piring pusaka itu dan melemparkannya ke tepi sungai. Secara ajaib, piring itu tiba-tiba berubah menjadi besar. Mereka pun menaiki piring itu untuk menyebrangi sungai. Mereka tertawa gembira karena merasa selamat dari kejaran warga. 

Namun, ketika sampai di tengah sungai, cuaca yang semula terang, tiba-tiba menjadi gelap gulita. Beberapa saat berselang, hujan deras pun turun disertai hujan deras dan angin kecang. Suara guntur bergemuruh dan kilat menyambar-nyambar. 

Gelombang air sungai pun menghatam piring malawen yang mereka tumpangi hingga terbalik. Beberapa saat kemudian, sungai itu pun menjelma menjadi danau. Oleh masyarakat setempat, danau itu diberi nama Danau Malawen. Sementara Kumbang dan Intan menjelma menjadi dua ekor buaya putih. Konon, sepasang buaya putih tersebut menjadi penghuni abadi Danau Malawen.

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Sabtu, 28 Maret 2020

Kisah Rakyat Datung Ayuh Dan Bambang Siwara Di Banjar Pahuluan

Maret 28, 2020 0 Comments
Masterceme, Cerita rakyat - ini mengisahkan tentang perbedaan pandangan antara dua orang bersaudara yang bernama Ayuh dan Bambang Siwara. Kedua orang bersaudara ini diturunkan oleh Ning Bahatara dari alam Patilarahan ke alam dunia. Konon, daerah Batu Bintihan yang terdapat di bagian sebelah Barat Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan diyakini sebagai tempat pendaratannya. Keyakinan ini diperkuat dengan sebuah batu sebesar truk gajah yang melintang di tengah Sungai Amandit yang di bagian atasnya terdapat puluhan pasang bekas telapak kaki yang masih tergurat.

Kisah Rakyat Datung Ayuh Dan Bambang Siwara Di Banjar Pahuluan

Di dunia, kedua orang bersaudara tersebut menjalani hidup mereka sebagai manusia di hutan belantara Kalimantan. Sebagai bekal, keduanya diberi buku yang berisi sejumlah ilmu. Lalu buku tersebut mereka bagi menjadi dua bagian yang sama. Mereka pun menerimanya dengan senang hati. Namun, belum sempat mereka mempelajari buku itu, tiba-tiba tempat mereka dilanda banjir. Apa yang akan mereka lakukan terhadap buku tersebut? Selamatkah mereka dari ancaman banjir tersebut? Ikuti kisahnya dalam cerita Ayuh dan Bambang Siwara berikut ini.

di daerah Batu Bintihan di bagian sebelah Barat Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan, hiduplah dua orang bersaudara yang bernama Ayuh dan Bambang Siwara. Mereka berasal dari alam Patilarahan yang diutus oleh Ning Bahatara untuk menjalani hidup mereka sebagai manusia biasa di dunia. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari, mereka dibekali sebuah buku yang berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. Sebagai tanda persaudaraan, keduanya sepakat untuk membagi buku petunjuk itu. Lalu buku itu mereka penggal menjadi dua bagian secara diagonal, sehingga buku itu disebut juga Buku Ba-rincung.[3] Ayuh dan Bambang Siwara menerimanya dengan senang hati.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Namun, belum sempat mereka mempelajari isi buku itu, tiba-tiba tempat mereka dilanda banjir besar. Tanpa pikir panjang, Ayuh segera menelan buku itu. Ia sangat khawatir buku itu rusak terendam banjir. “Ah, buku ini sudah aman di dalam perutku,” kata Ayuh dalam hati dengan senangnya.

Lain halnya dengan Bambang Siwara. Ia segera membaca bagian isi buku yang diterimanya. Ia pun mendapat beberapa petunjuk dari hasil bacaannya. Salah satunya adalah apabila terjadi banjir besar, batang bambu dapat dijadikan sebagai rakit yang akan mengapungkannya sampai air surut. Petunjuk itulah yang digunakan oleh Bambang Siwara.

Semakin lama genangan air semakin tinggi. Bambang Siwara pun segera mengajak saudaranya untuk menebang beberapa pohon bambu untuk dibuat rakit. “Hai, Saudaraku! Ayo, bantu saya menebang bambu!” ajak Bambang Siwara. “Untuk apa?” tanya Ayuh dengan santainya. “Saya baru saja mendapat petunjuk dari buku itu. Jika kita ingin selamat dari banjir, sebaiknya kita membuat rakit dari bambu,” jelas Bambang Siwara.

Ayuh tidak menghiraukan ajakan saudaranya itu. Justru ia menjawab, “Sebentar lagi air akan surut. Jika pun air semakin bertambah, kita lari naik ke puncak bukit yang tertinggi. Di sana kita pasti aman.”

“Daripada kita terus berlari ke sana ke mari menghindari genangan air, lebih baik kita segera membuat alat pengapung. Justru kita jauh lebih aman sambil menunggu air surut kembali,” Bambang Siwara kembali memberikan saran kepada saudaranya. Namun, saran itu tidak ditanggapi oleh Ayuh.

Melihat tidak ada tanggapan, Bambang Siwara segera menebang rumpun bambu yang banyak terdapat di sekitarnya. Batang demi batang ia satukan, lalu diikatnya dengan bilah-bilah rotan. Akhirnya jadilah sebuah rakit bambu yang juga disebut sebagai lanting. Tak lupa pula, Bambang Siwara mengisi rakit bambunya dengan berbagai macam bekal.

Arus air kian bertambah deras. Rakit bambu buatan Bambang Siwara mulai dihanyutkan oleh arus tersebut. Sementara Ayuh yang sejak tadi hanya tidur menunggu genangan air surut, tidak menyangka jika justru genangan air bertambah tinggi. Maka dengan sekuat tenaga Ayuh berenang mengejar Bambang Siwara yang sudah berada di atas rakitnya. “Tolooong… tolooong… tolong aku saudaraku…!” teriak Ayuh meminta tolong.

Bambang Siwara berusaha untuk menolong saudaranya. Ia melemparkan sebilah rotan ke arah Ayuh, namun Ayuh tidak berhasil menangkap ujung bilah rotan itu. Sementara rakit Bambang Siwara kian hanyut terbawa arus air, sehingga kedua bersaudara itu semakin berjauhan. Akhirnya mereka pun perpisah dan tidak pernah bertemu lagi.

Setelah peristiwa di atas, Ayuh diberitakan menjadi penghuni bukit-bukit di kiri kanan jajaran Pegunungan Meratus. Ia kemudian dikenal sebagai “Datung Ayuh”. Ia berkelana di hutan belantara. Wujudnya jarang terlihat karena banyak terlindung semak dan belukar. Oleh karena itu, masyarakat di sekitarnya memberinya gelar “Datung Payumbun” yang berarti tokoh yang tersembunyi. Walaupun demikian, kadang-kadang suaranya terdengar sangat nyaring dan lantang. Suara itu kadang-kadang muncul di tengah ladang ketika ia mengusir burung pipit dan burung lainnya

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Kadang-kadang juga suaranya terdengar lewat celah gunung ketika ia sedang bersuka ria. Menurut cerita, seluruh generasinya kemudian disebut “Urang Bukit” karena mereka menghuni daerah perbukitan. Turunan Ayuh kemudian dikenal sebagai “Urang Pahuluan” karena mereka tinggal di daerah hulu sungai yang ada di Kalimantan. Mata pencaharian pokok mereka adalah bertani dengan sistem berhuma ladang dan sebagian bersawah tadah hujan.

Sementara itu, Bambang Siwara hanyut bersama arus munuju arah selatan Kalimantan yang kemudian melahirkan generasi “Urang Banjar Kuala.” Mata pencaharian pokok mereka sebagian besar berdagang. Mata pencaharian ini merupakan warisan Bambang Siwara. Ilmu tentang berdagang tersebut ia peroleh dari Buku Ba-rincung yang pernah dibacanya. Oleh karena itu, generasi Bambang Siwara oleh Urang Pahuluan disebut “Dagang”, sedangkan Urang Pahuluan sendiri disebut “Dangsanak” oleh generasi Bambang Siwara. Hal ini mengingatkan bahwa kedua rumpun tersebut semula berasal dari dua badangsanak.

Adapun nilai moral yang terkandung dalam cerita di atas adalah pentingnya menuntut ilmu. Hal ini tercermin pada sikap Bambang Siwara ketika ia dan saudaranya, Ayuh, dilanda banjir, ia segera membaca buku yang menjadi bagiannya untuk mencari petunjuk atau ilmu. Lain halnya Ayuh yang langsung menelan buku yang menjadi bagiannya, sehingga ia tidak mendapatkan pengetahuan apa-apa. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan memiliki keutamaan bagi kehidupan manusia

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Kamis, 26 Maret 2020

Cerita Rakyat Raden Alit Dan Dayang Bulan Yang Cantik Jelita

Maret 26, 2020 0 Comments
Masterceme, Cerita Rakyat - Raja Tanjung Kemuning, Sumatera Selatan, memiliki seorang putra yang bernama Raden Alit dan putri Dayang Bulan. Suatu ketika, kakak perempuannya, Dayang Bulan diculik oleh Malim Hitam, putra Ratu Ageng dari Negeri Salek Alam. Mengapa Malim Hitam menculik Dayang Bulan? Lalu, berhasilkah Raden Alit menyelamatkan Dayang Bulan?

Cerita Rakyat Raden Alit Dan Dayang Bulan Yang Cantik Jelita

Alkisah, di Negeri Tanjung Kemuning, Sumatera Selatan, tersebutlah seorang raja bernama Ratu Ageng yang menikah dengan seorang Dewa Kahyangan. Mereka tinggal di langit dan telah dikaruniai dua orang putra, yaitu Raden Kuning dan Raden Alit, serta seorang putri bernama Dayang Bulan. Ketiga anak raja tersebut saling menyayangi satu sama lain.

Raden Kuning dan Raden Alit adalah orang yang sakti mandraguna. Sejak kecil hingga dewasa, mereka berguru berbagai macam ilmu kesaktian kepada Nenek Dewi Langit.

Setelah hampir dua puluh tahun menjalani kehiupan di Langit, Ratu Ageng merasa rindu ingin kembali ke Bumi. Oleh karena itu, ia bermaksud mengajak seluruh keluarganya pindah ke Bumi.
“Wahai, permaisuri dan anak-anakku! Entah kenapa, tiba-tiba Ayah merasa rindu pada tanah kelahiran Ayah. Ayah ingin sekali kembali ke bumi dan hidup di sana.

Apakah kalian merasa keberatan jika Ayah mengajak kalian turut serta ke Bumi?” tanya Ratu Ageng.
“Tentu tidak, Ayah! Aku akan ikut bersama Ayah ke Bumi. Bukankah kami semua anak-anak Ayah belum pernah melihat tempat kelahiran Ayah?” kata Raden Alit.

“Benar, Ayah! Kami juga ikut!” sahut Raden Kuning dan Dayang Bulan serentak.
Ratu Ageng tersenyum gembira mendengar jawaban putra-putrinya. Ia sangat memahami perasaan mereka karena ketiga anaknya tersebut dilahirkan di Langit sehingga sejak kecil mereka tidak mengetahui tentang kehidupan di bumi.

“Baiklah kalau begitu! Besok pagi-pagi sekali kita berangkat ke Bumi,” ujar Ratu Agung.
Keesokan harinya, berangkatlah Ratu Ageng bersama keluarga serta sejumlah pengawalnya ke Bumi. Di Bumi, mereka membangun sebuah istana yang tidak begitu megah sebagai tempat tinggal mereka. Ratu Ageng beserta keluarga dan para pengikutnya hidup layaknya manusia bumi pada umumnya.
Selang beberapa tahun tinggal di Bumi, malapetaka menimpa keluarga Ratu Ageng.

Putrinya Dayang Bulan meninggal dunia lantaran digigit ular lidi. Kematian putrinya itu membawa duka yang dalam bagi Ratu Ageng dan permaisurinya. Namun, Raden Kuning dan Raden Alit tidak dapat menerima kematian saudara perempuan mereka itu.

 Mereka yakin bahwa Dayang Bulan belum saatnya meninggal. Oleh karena itu, keduanya memohon izin kepada sang ayahanda untuk pergi mencari Dayang Bulan.
“Ampun, Ayah! Kami yakin Dayang Bulan belum meninggal, Ayah! Izinkanlah Ananda dan Raden Kuning untuk pergi mencarinya!” pinta Raden Alit.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

“Wahai, Anakku! Bukankah kalian menyaksikan sendiri bahwa Dayang Bulan telah meninggal dan dimakamkan di kebun bunga?” ujar Ratu Ageng.

“Benar, Ayah! Tapi kami yakin bahwa yang dimakankan pada saat itu hanya bayangannya saja. Wujud aslinya telah diculik oleh seseorang yang sakti mandraguna,” sahut Raden Kuning.
Pada mulanya, Ratu Ageng tidak begitu yakin dengan apa yang dikatakan oleh kedua putranya itu. Namun, karena Raden Kuning dan Raden Alit terus mendesaknya, akhirnya Ratu Ageng mengizinkan mereka untuk mencari Dayang Bulan.

Setelah berpamitan kepada kedua orangtuanya, berangkatlah Raden Kuning dan Raden Alit mencari Dayang Bulan. Mereka berjalan selama berbulan-bulan tanpa tentu arah. Begitu mereka tiba di sebuah pantai, terlihatlah sebuah rejung, yaitu kapal besar dan megah, yang sedang berlabuh. Seketika itu pula mereka langsung melompat ke atas rejung itu karena mengira Dayang Bulan berada di dalamnya.

Namun, setelah memeriksa seluruh ruangan di kapal itu mereka hanya menemukan dua orang laki-laki sedang tidur di dalam sebuah kamar. Raden Kuning pun membangunkan kedua orang itu seraya bertanya kepada mereka.

“Wahai sahabat, siapakah kalian ini! Mengapa rejung kalian berhenti di pantai ini?”
“Maaf, sahabat! Kami tertidur karena kelelahan setelah cukup lama dalam perjalanan mencari saudara perempuan kami yang bernama Dayang Ayu,” jawab salah seorang pemilik kapal yang bernama si Ulung Tanggal.

“Kalau kami boleh tahu, bagaimana saudara perempuan kalian bisa hilang?” tanya Raden Alit.
“Begini, sahabat,” sahut adik si pemilik kapal yang bernama Serincung Dabung. “Saudara perempuan kami telah meninggal karena digigit ular lidi.

Namun, kami yakin bahwa dia sebenarnya tidak meninggal. Ia diculik oleh putra raja Negeri Salek Alam yang bernama Malim Putih.”
“Hai, sahabat! Bagaimana kamu bisa tahu kalau putra raja itu yang menculik saudara perempuan kalian?” tanya Raden Kuning penasaran.

Rupanya, Serincung Dabung adalah seorang ahli nujum. Raden Kuning dan Raden Alit pun meminta bantuan kepadanya untuk mencari tahu keberadaan Dayang Bulan. Setelah Serincung Dabung melakukan nujum, akhirnya diketahui bahwa Dayang Bulan juga diculik oleh putra raja Negeri Salek Alam yang bernama Malim Hitam.

Keempat orang tersebut ternyata memiliki tujuan yang sama, yaitu mencari saudara perempuan mereka yang diculik oleh kedua putra Raja Negeri Salek Alam. Namun, karena Serincung Dabung tidak dapat menerawang letak Negeri Salek, akhirnya mereka pun berpencar. Si Ulung Tunggul berjalan di atas Kahyangan, Raden Kuning terbang di angkasa bagai burung, dan Serincung Dabung berjalan di dalam air.

Sementara itu, Raden Alit berjalan di daratan dengan menyusuri hutan belantara serta menaiki dan menuruni bukit. Dalam perjalanannya, Raden Alit bertemu dengan seorang nenek yang berpakaian sangat rapi.

“Nenek hendak pergi ke mana?” tanya Raden Alit.

“Ke pesta pernihttps://bit.ly/2OEVHehkahan, Cucuku!” jawab nenek itu.

“Siapa yang akan menikah, Nek?” tanya Raden Alit ingin tahu.

“Putra Raja Negeri Salek Alam, Malim Hitam dan Malim Putih,” jawab nenek itu.

“Maaf, Nek! Kalau boleh saya tahu, mereka menikah dengan siapa?” tanya Raden Alit penasaran.

“Malim Hitam akan menikah dengan Dayang Bulan, sedangkan Malim Putih akan menikah dengan Dayang Ayu,” jawab nenek itu.

Mendengar jawaban nenek itu, Raden Alit pun semakin yakin bahwa Dayang Bulan dan Dayung Ayu masih hidup. Maka dengan kesaktiannya, ia menyamar menjadi budak banden, yaitu merubah bentuk wajahnya. Setelah itu, berangkatlah ia ke Negeri Salek Alam.

Setibanya di negeri itu, Raden Alit bertemu dengan Raja Jin dan menceritakan maksud kedatangannya ke negeri itu. Raja Jin itu sangat baik hati dan dan mempunyai seorang putri yang cantik jelita bernama Salipuk Jantung Pandan. Raden Alit pun langsung jatuh hati kepadanya pada saat pandangan pertama. Dalam waktu singkat, mereka langsung menjalin hubungan kasih dan berjanji akan menikah. Dengan hubungan itu, Raden Alit pun semakin dekat dengan keluarga Raja Jin. Raden Alit kemudian meminta pertolongan kepada Raja Jin untuk membebaskan Dayang Bulan dan Dayung Ayu.

Dengan kesaktiannya, Raja Jin merubah bentuk Dayang Bulan dan Dayung Ayu menjadi dua tangkai bunga sebelum mereka naik ke pelaminan. Kemudian, tanpa sepengetahuan Malim Hitam dan Malim Putih, Raden Alit berhasil menyelinap masuk ke dalam kamar Dayang Bulan dan Dayung Ayu. Begitu ia masuk ke dalam kamar tersebut tampaklah dua tangkai bunga yang tergeletak di lantai. Tanpa berpikir panjang, Raden Alit segera mengambil kedua tangkai bunga yang merupakan perwujudan Dayang Bulan dan Dayung Ayu tersebut.

Namun, begitu Raden Alit keluar dari kamar, tiba-tiba Malim Hitam dan Malim Putih datang menghadangnya.

“Hai, siapa kamu dan mau dibawa ke mana calon istri kami!” seru Malim Hitam dengan wajah memerah.

“Serahkan kedua tangkai bunga itu! Atau kami akan menghajarmu!” tambah Malim Putih dengan geramnya.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

“Tidak! Aku tidak akan menyerahkan kedua tangkai bunga ini. Kalian telah menculik saudara perempuan kami,” bantah Raden Alit.

Pertempuran sengit pun tak terelakkan lagi. Pada mulanya, Raden Alit masih mampu mengimbangimbangi kesaktian kedua putra Raja Negeri Selak Alam tersebut. Namun, setelah pertempuran tersebut berlangsung selama berhari-hari, akhirnya Raden Alit kewalahan dan terlempar ke langit. Untungnya, pintu langit ketika itu terbuka sehingga ia tidak jatuh terhempas ke bumi. Akhirnya, Raden Alit menemui Nenek Dewa Langit untuk meminta pertolongan.

“Ampun, Nenek Dewa! Tolonglah aku agar bisa mengalahkan kedua musuhku, Malim Hitam dan Malim Putih, yang ada di Bumi!” pinta Raden Alit.

“Wahai, Cucuku Raden Alit! Kedua musuhmu itu tidak dapat dibunuh. Akan tetapi, kamu bisa melemparkannya ke langit. Setibanya di langit, aku akan memasukkan mereka ke dalam sangkar besi,” ujar Nenek Dewa Langit.

“Baiklah, Nek! Izinkanlah aku kembali ke Bumi!” pamit Raden Alit.
Setibanya kembali di Bumi, Raden Alit mengeluarkan seluruh kesaktiannya sehingga mampu melemparkan kedua musuhnya tersebut ke langit. Begitu mereka tiba di langit, Nenek Dewa segera memasukkannnya ke dalam sangkar besi yang telah disiapkan sebelumnya sehingga mereka tidak dapat lagi kembali ke bumi. Sementara itu, Dayang Bulan dan Dayung Ayu kembali berwujud manusia.

Tak berapa lama kemudian, datanglah Raden Kuning, Si Ulung Tanggal, dan Serincung Dabung. Raden Alit kemudian menceritakan semua yang telah terjadi.

“Terima kasih, Sahabat! Engkau telah menyelamatkan saudara perempuan kami Dayung Ayu,” ucap si Ulung Tanggal usai mendengar cerita Raden Alit.

“Sama-sama, Sahabat! Keberhasilan ini tidak terlepas dari kerjasama kita dan bantuan Raja Jin,” kata Raden Alit.

“Hai, siapa Raja Jin itu?” tanya Serincung Dabung.

“Dia adalah Raja Jin di negeri ini dan sangat baik hati,” jawab Raden Alit.

Akhirnya, Raden Alit dan Si Ulung Tanggal bersaudara segera menemui Raja Jin untuk menyampaikan ucapan terima kasih karena telah membantu mereka mengalahkan kedua putra Raja Negeri Selak Alam. Setelah itu, mereka berpamitan untuk kembali ke negeri masing-masing.

Sementara itu, di istana, Ratu Ageng dan permaisurinya sudah berbulan-bulan diselimuti perasaan cemas menunggu kepulangan anak-anak mereka. Namun, begitu melihat Raden Kuning dan Raden Alit kembali bersama Dayang Bulan, keduanya tidak sanggup menahan rasa haru. Untuk menyambut kepulangan ketiga anaknya, Ratu Ageng mengadakan pesta besar-besaran selama tiga hari tiga malam.

Usai pesta, Raden Alit datang menghadap kepada kedua orangtuanya dan mengatakan bahwa sebenarnya ia telah mengikat janji untuk menikah dengan putri Raja Jin yang cantik itu. Akhirnya, Ratu Ageng beserta seluruh keluarganya datang ke tempat Raja Jin untuk mengadakan pesta perkawinan Raden Alit dengan Salipuk Jantung Pandan. Selanjutnya, Raden Alit dan istrinya pun hidup bahagia.

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Selasa, 24 Maret 2020

Cerita Rakyat Nusantara Ratu Melinting Dan Ratu Darah Putih

Maret 24, 2020 0 Comments
Jpoker99, Kisah Rakyat - Ratu Dipugung atau Ratu Galuh mempunyai dua orang anak laki-laki. Anak pertema bernama Seginder Alam dang yang kedua bernama Gayung Gerunggung. Seginder Alam mempunyai seorang anak gadis yang bernama Putri Sinar Kaca, sedangkan Gayung Gerunggung juga mempunai seorang anak gadis yang bernama Putri Sinar Alam.

Cerita Rakyat Nusantara Rau Melinting Dan Ratu Darah Putih

Kala itu datanglah Sultan Banten ke Lampung, ia melihat cahaya terang yang memenacar dari bumi ke langit. Sultan mendapat firasat bahwa di Pugung ada seorang putri yang dapat mengakibatkan hal baik jika menikah dengannya. Ratu Dipugung menunjukkan cucunya yaitu putri Seginder Alam yang tak lain adalah Putri Sinar Kaca. Dan kemudian Sultan pun menikahi Putri Sinar Kaca.

Beberapa lama setelah Sultan menikahi Putri Sinar Kaca, Sultan memutuskan untuk kembali sementara ke Banten tanpa Putri Sinar Kaca. Belum lama Sultan berada di Banten, ia melihat kembali cahaya terang yang memenacar dari bumi ke langit seperti yang ia lihat sebelum menikahi Putri Sinar Kaca. Sang Sultan berkata dalam hatinya, “Jika demikian, tentu putri itu masih ada di Pugung (Lampung). Putri yang kunikahi ternyata bukanlah yang terlihat sinarnya itu.” Oleh sebab itu, Sultan memutuskan untuk kembali ke Lampung, tujuannya bukan untuk menemui istrinya “Putri Sinar Kaca” tetapi akan mencari dan menikahi sesegera mungkin Putri yang terlihat sinarnya tadi.

Setelah tiba di Pugung, ia terus berkata pada kakeknya yaitu Ratu Dipugung, bahwasanya yang dinikahinya itu bukanlah putri yang terlihat di dalam sinar yang dilihatnya. Ratu Dipugung lalu menunjukkan cucunya yang lain, putri Gayung Gerunggung yaitu Putri Sinar Alam. Akhirnya Sultan pun menikahinya. Beberapa lama setelah Sultan menikahi Putri Sinar Alam, Sultan memutuskan untuk kembali lagi sementara ke Banten tanpa Putri Sinar Alam. 

Beberapa lama sang Sultan berada di Banten, Putri Sinar Kaca melahirkan seorang putra yang diberi nama Kejalo Bidin. Dan kemudian Putri Sinar Alam pun melahirkan seorang putra yang bernama Kejalo Ratu. Kejalo Bidin dan Kejali Ratu tumbuh dan besar di Pugung Lampung. Saat mereka berdua bermain di halamn rumah mereka, mereka melihat tiga ekor burung perkutut yang hinggap di pelepah pohon kelapa, mereka memandang ketiga ekor burung perkutut tersebut dan berlari kepada ibu mereka untuk bertanya:


”Mengapa burung perkutut itu ada tiga ekor, biasanya hanya ada sepasang burung perkutut? Tanya Kejalo Bidin (anak Putri Sinar Kaca). Putri Sinar Kaca pun menjawab ”Yang di sebelah kiri adalah induknya, di tengah adalah anaknya, dan di sebelah kanan adalah anaknya”. Kejalo Bidin pun kembali melontarkan kata-kata ”berarti kami pun mempunyai seorang ayah pula, siapa ayah kami Ibu??”

Putri Sinar Kaca pun tidak berkenan menjelaskan kepada keduanya. Dengan bersikeras mereka berdua selalu memaksa Putri Sinar Kaca untuk menjelaskan kepada mereka yang akhirnya Putri Sinar Kaca pun menceritakan kepada mereka berdua bahwa ayah mereka adalah sama yaitu Sultan Banten.

Setelah mereka tumbuh dewasa, mereka berdua pun memutuskan pergi ke Banten untuk menemui ayah mereka yaitu Sultan Banten. Tiba mereka di Banten dan bertemu Sultan Banten, Sultan Banten pun tidak langsung percaya pada pernyataan mereka berdua, dan sang Sultan memutuskan untuk menoreh pedangnya di dahi kedua bersaudara tersebut, jika darah putih yang keluar dari dahi mereka maka benar mereka berdua adalah putranya.

Sang Sultan pun mencabut pedangnya dan menorehkannya ke dahi kedua bersaudara itu. Ternyata darah putih bercampur kemerahan keluar dari dahi Kejalo Bidin, sedangkan darah putih keluar dari dahi Kejalo Ratu. Sang Sultan pun langsung percaya dan yakin bahwa mereka berdua adalah putra kandungnya.

Sultan pun memberikan gelar kepada kedua putra kandungnya. Kejalo Bidin diberi gelar ”MINAK KEJALO BIDIN”, sedangkan Kejalo Ratu diberi gelar ”MINAK KEJALO RATU DARAHPUTIH”. 

Mereka berdualah yang menjadi cikal bakal kebuaian Melinting dan kebuaian Ratu Darahputih. Minak Kejalo Bidin di Melinting dan Minak Kejalo Ratu Darahputih di Kalianda.

Setelah bertahun-tahun sejak peristiwa itu, Ratu Dipugung meminta dua orang ini mendirikan keratuan baru di dalam keratuan Ratu Dipugung. Minak Kejalo Bidin diminta mendirikan keratuan di Melinting (Labuhanmaringgai) dan Minak Kejalo Ratu Darahputih di Kalianda. Keturunan Ratu Darahputih di Kalianda diantaranya adalah Raden Intan yang menjadi pahlawan nasional asal Lampung (perkiraannya Raden Intan keturunan yang ketujuh dari Minak Kejalo Ratu Darahputih).

Yuk Segera Bergabung Bersama Kami Di Jpoker99 kami menyediakan 8 Jenis Permainan Dalam 1 ID bosku. Tidak perlu " 

Download Apk " karena Dijamin Poker Kami Bisa bermain Langsung Lewat HP Atau Pun Lewat Komputer bosku.
~ 8 Jenis Permainan ( Sakong, BANDAR POKER, Poker Texas Holdém, Domino99, BandarQ, AduQ, Capsa Susun, Bandar66 )
~ Deposit Pulsa Rate Tertinggi Buat Anda Bosku ( Telkomsel & XL )
~ Minimal Deposit 10 ribu
~ Minimal Withdraw 20 ribu
~ Tersedia 7 Bank Lokal Juga
~ Bank Online 24jam Kecuali Gangguan
~ Bebas Melakukan Transaksi DP / WD Dalam Satu Hari.
~ Bonus CashBack 0,3% 2x Seminggu / Bonus Referral 20% 
~ WA : +85578811422

 Daftar Sekarang

Sabtu, 21 Maret 2020

Kisah Rakyat La Tongko - Tongko yang Berasal Dari Sulawesi Selatan

Maret 21, 2020 0 Comments
Jpoker99,Kisah Rakyat -  Ada orang yang sangat bodoh. Namanya La Tongko-Tongko. Dia tinggal bersama ibunya. Suatu hari, La Tongko-Tongko mengatakan kepada ibunya bahwa dia ingin menikah.

“Jika Anda ingin menikah, Anda harus mencari gadis terlebih dahulu. Kemudian mintalah dia untuk menikah dengan Anda.”

La Tongko-Tongko mendengarkan ibunya. Jadi, dia mulai mencari gadis. Dan saat dia melihat sekeliling, dia bertemu dengan seorang gadis. Dia membawa kentang di tasnya.

Kisah Rakyat La Tongko - Tongko yang Berasal Dari Sulawesi Selatan

“Hei, gadis aku ingin menikah, apakah kamu mau jadi istriku?”

Gadis itu marah! Dia pikir La Tongko-Tongko mengejeknya. Dia melemparkan kentang ke arahnya. La Tongko-Tongko kabur!

Di rumah, La Tongko-Tongko memberitahu ibunya tentang gadis yang ditemuinya hari ini.

“Oh, kamu sangat bodoh La Tongko-Tongko kamu bisa meminta gadis untuk menikah seperti itu kamu dan dia harus saling mencintai, maka kamu bisa menikah,” jelas ibunya.

LaTongko-Tongko segera keluar. Dia masih merenungkan saran ibunya. Sementara dia melihat sekeliling, seorang gadis sedang berjalan dan dia membawa beberapa kayu api. La Tongko-Tongko mendekatinya dan berbicara dengannya.

“Hei, aku cinta kamu, apakah kamu mencintaiku? Jika ya, ayo kita menikah.”

Gadis itu marah. Dia melemparkan beberapa kayu ke arahnya. La Tongko-Tongko kabur!

Sekali lagi, La lbngko-Tongko memberitahu ibunya tentang gadis yang ditemuinya.

“Oh, tidak, kamu sangat bodoh, kamu tidak bisa melakukan itu, cinta butuh waktu, disamping itu kamu harus bicara dengan baik dan lembut,” jelas ibunya.

La Tongko-Tongko berjalan berkeliling. Akhirnya dia sampai di hutan. Dia melihat seorang gadis terbaring di tanah di bawah pohon besar. Dia tidak tahu, bahwa gadis itu sudah meninggal. Dia mendekati gadis itu dan berbicara dengannya.

“Hai, gadis cantik.” Saya sangat mencintai kamu. Bagaimana denganmu? Apakah kamu mencintaiku?”


Tentu saja gadis itu tidak menanggapi. Dia sudah mati. Namun, La Tongko-Tongko berpikir bahwa gadis itu butuh waktu untuk meresponsnya. Dia ingat saran ibunya. Dia mengulangi pertanyaannya lagi. Dan saat dia tetap diam, La Tongko-Tongko mengira gadis itu pemalu. Akhirnya, dia mengajukan pertanyaan terakhir.

“Apakah Anda ingin menikah dengan saya? Jika Anda diam, saya akan berpikir Anda mengatakan ya.”

Dan karena gadis itu tidak mengatakan apa-apa dan tidak bergerak sama sekali, La Tongko-Tongko memeluknya dan Membawanya pulang

Di rumah, La longko-Tongko memasukkannya ke kamar tidurnya. Dia mengatakan kepada ibunya bahwa dia sudah menemukan seorang istri. Ibunya senang. Dia ingin bertemu dengan gadis itu. Dan saat dia melihat mayat di kamar tidur, dia menjerit!

“La Tongko-Tongko, kenapa kamu membawa mayat ke rumah kita?”

“Mayat? Bagaimana Ibu tahu dia sudah mati?” Tanya La Tongko-Tongko.

“Tidak bisakah kamu mencium bau busuk dari tubuhnya? Kuburkan dia sekarang!”

La Tongko-Tongko kemudian mengubur mayat gadis itu. Dia merasa bahwa dia baru saja belajar sesuatu. Dan setelah dia selesai mengubur mayatnya, dia kembali ke rumah.

Sebelum dia tidur, dia buang angin. Baunya sangat busuk. La Tongko-Tongko mengira dia sudah meninggal. Dia menggali lubang dan mengubur tubuhnya. Dia membiarkan kepalanya di permukaan tanah, sedangkan bagian tubuhnya ditanah. Dan saat ibunya melihatnya, dia benar-benar marah.

“Apa yang sedang kamu lakukan?”

“Saya sudah meninggal, Bu. Saya buang angin dan baunya sangat busuk. ”

Ibunya tidak bisa melakukan dan mengatakan apapun. Dia meninggalkan La Tongko-Tongko sendirian. Dan setelah beberapa jam, La Tongko-Tongko tidak tahan lagi. Dia membebaskan dirinya dan kembali lagi rumahnya.

Yuk Segera Bergabung Bersama Kami Di Jpoker99 kami menyediakan 8 Jenis Permainan Dalam 1 ID bosku. Tidak perlu " 

Download Apk " karena Dijamin Poker Kami Bisa bermain Langsung Lewat HP Atau Pun Lewat Komputer bosku.
~ 8 Jenis Permainan ( Sakong, BANDAR POKER, Poker Texas Holdém, Domino99, BandarQ, AduQ, Capsa Susun, Bandar66 )
~ Deposit Pulsa Rate Tertinggi Buat Anda Bosku ( Telkomsel & XL )
~ Minimal Deposit 10 ribu
~ Minimal Withdraw 20 ribu
~ Tersedia 7 Bank Lokal Juga
~ Bank Online 24jam Kecuali Gangguan
~ Bebas Melakukan Transaksi DP / WD Dalam Satu Hari.
~ Bonus CashBack 0,3% 2x Seminggu / Bonus Referral 20% 
~ WA : +85578811422

 Daftar Sekarang

Kamis, 19 Maret 2020

Cerita Rakyat Putri panda Berduri Yang Cantik

Maret 19, 2020 0 Comments
Jpoker99, Cerita - pemimpin Suku Laut atau Suku Sampan di Pulau Bintan, yang menemukan seorang bayi perempuan di semak-semak pandan di tepi laut. Batin Lagoi kemudian mengangkat bayi itu sebagai anak dan diberinya nama Putri Pandan Berduri.

Batin Lagoi mengasuh Putri Pandan Berduri seperti layaknya seorang putri raja. Setiap hari Batin Lagoi mengajarinya budi pekerti luhur, sehingga ia tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan berbudi bahasa lembut. Kecantikan dan keelokan budi Putri Pandan Berduri mengundang decak kagum para pemuda kampung di Bintan. 

Cerita Rakyat  Putri panda Berduri Yang Cantik


Namun, tak seorang pun yang berani meminangnya, karena Batin Lagoi menginginkan putrinya menjadi istri seorang anak raja atau megat. Akankah tercapai cita-cita Batin Lagoi tersebut? Lalu, anak raja atau anak megat dari manakah yang akan beruntung menjadi suami Putri Pandan Berduri? Ingin tahu jawabannya? Ikuti kisah selengkapnya dalam cerita Putri Pandan Berduri berikut ini.

pada zaman dahulu kala, di Pulau Bintan berdiam sekumpulan orang Sampan atau orang Suku Laut. Mereka dipimpin oleh seorang Batin yang gagah perkasa. Batin Lagoi namanya. Untuk masuk ke kawasan Batin Lagoi itu, harus melalui sebuah betung yang ditumbuhi semak belukar yang rimbun.

Pada suatu hari, Batin Lagoi menyusuri pantai. Tengah berjalan santai, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara tangisan bayi dari arah semak-semak pandan. Dengan perasaan takut, ia menerobos semak pandan itu dengan hati-hati. Tak berapa lama, didapatinya seorang bayi perempuan tergeletak beralaskan daun di antara semak pandan itu. “Anak siapa gerangan? Mengapa berada di sini? Orang tuanya ke mana?” Batin Lagoi bertanya dalam hati.

Setelah menengok ke sekelilingnya, Batin Lagoi tidak melihat tanda-tanda ada orang di sekitarnya. Karena ia tidak mempunyai anak, timbullah keinginan untuk mengangkat bayi itu sebagai anak. Dengan hati-hati, diambilnya bayi itu dan dibawanya pulang. Bayi itu kemudian ia beri nama Putri Pandan Berduri. Ia memelihara Putri Pandan Berduri dengan penuh kasih-sayang seperti memelihara seorang putri raja. Setiap hari Batin Lagoi juga memberinya pelajaran budi pekerti yang luhur.

Waktu terus berjalan. Putri Pandan Berduri tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Tutur bahasa dan sopan-santunnya mencerminkan sifat seorang putri raja. Kecantikan dan keelokan perangai Putri Pandan Berduri mengundang decak kagum para pemuda di Pulau Bintan. Namun, tak seorang pun pemuda yang berani meminangnya, karena Batin Lagoi menginginkan putrinya menjadi istri seorang anak raja atau anak megat.

Sementara itu, di Pulau Galang, tersebutlah seorang Megat yang mempunyai dua orang anak laki-laki. Anak yang tua bernama Julela dan yang muda bernama Jenang Perkasa. Sejak mereka kecil, Megat itu mendidik kedua anaknya agar saling membantu dan saling menghormati.

Setelah keduanya beranjak dewasa, Megat menginginkan Julela sebagai batin di Galang. Hal ini kemudian membuat Julela menjadi sombong. Ia sudah tidak peduli dengan adiknya, sehingga hubungan mereka menjadi tidak harmonis lagi. Mereka pun menjalani hidup masing-masing secara terpisah.

Dari hari ke hari kesombongan Julela semakin menjadi-jadi. Ia sering mencaci dan memusuhi adiknya tanpa sebab. Pada suatu hari, Julela berkata kepada adiknya, “Hei, Jenang bodoh!” Kelak aku menjadi batin di kampung ini, maka kamu harus mematuhi segala perintahku. Jika tidak, kamu akan aku usir dari kampung ini.”


Jenang Perkasa sangat sedih mendengar ucapan abangnya itu. Ia merasa tidak lagi dianggap sebagai saudara. Hal ini menyebabkan Jenang Perkasa merasa semakin terasing dari keluarga. Oleh karena itu, timbullah keinginannya untuk meninggalkan Pulau Galang.

Keesokan harinya, secara diam-diam, Jenang Perkasa berlayar tak tentu arah. Setelah berhari-hari mengarungi lautan luas, sampailah ia di Pulau Bintan. Di sana, ia tidak mengaku sebagai anak seorang megat. Ia selalu bertutur kata lembut kepada setiap orang yang diajaknya berbicara. Sikap dan perilaku Jenang Perkasa itu telah menarik perhatian Batin Lagoi.

Pada suatu hari, Batin Lagoi mengadakan perjamuan makan bersama orang-orang Suku Sampan lainnya. Tak ketinggalan pula Jenang Perkasa diundang dalam perjamuan itu. Jenang Perkasa pun pergi memenuhi undangan itu. Saat jamuan makan akan dimulai, ia memilih tempat yang agak jauh dari kawan-kawannya, agar air cuci tangannya tidak jatuh di hidangan yang ia makan. Tanpa disadarinya, ternyata sejak ia datang sepasang mata telah memerhatikan perilakunya, yang tak lain adalah Batin Lagoi. Tingkah laku dan budi pekerti Jenang Perkasa itu sungguh mengesankan hati Batin Lagoi.

Usai perjamuan, Batin Lagoi menghampiri Jenang Perkasa. “Wahai, Jenang Perkasa! Aku sangat terkesan dan kagum dengan keelokan budi pekertimu. Bersediakah engkau aku nikahkan dengan putriku, Pandan Berduri?” tanya Batin Lagoi. “Dengan segala kerendahan hati, saya bersedia menerima putri tuan sebagai istri saya,” jawab Jenang Perkasa dengan sopannya.

Rupanya, Batin Lagoi sudah lupa dengan cita-citanya untuk menikahkan putrinya dengan anak raja atau megat. Meskipun sebenarnya Jenang Perkasa adalah anak seorang megat, tetapi Batin Lagoi tidak mengetahui tentang hal itu. Ia sungguh-sungguh tertarik dengan perangai Jenang Perkasa yang baik itu.

Seminggu kemudian, Jenang Perkasa pun dinikahkan dengan Putri Pandan Berduri. Pernikahan mereka dilangsungkan sangat meriah. Aneka minuman dan makanan dihidangkan. Tari-tarian juga dipergelarkan menghibur para pengantin dan para undangan. Jenang Perkasa dan Putri Pandan Berduri pun hidup bahagia.

Tak berapa lama kemudian, Batin Lagoi mengangkat Jenang Perkasa sebagai Batin di Bintan untuk menggantikan dirinya. Jenang Perkasa memimpin rakyat Bintan dengan bijaksana sesuai dengan adat yang berlaku di Bintan.

Kepemimpinan Jenang Perkasa yang bijaksana itu terdengar oleh masyarakat Galang. Hingga suatu hari, datanglah sekumpulan orang dari Galang ke Pulau Bintan. “Wahai, Jenang Perkasa! Kami sudah mengetahui tentang kepemimpinanmu di Pulau Bintan ini. Maksud kedatangan kami ke sini untuk mengajak engkau kembali ke Galang mengggantikan abang Engkau yang sombong itu sebagai Batin,” kata salah seorang dari mereka. Namun, Jenang Perkasa menolaknya. Ia lebih memilih menjadi Batin di Pulau Batin. Sekumpulan orang dari Galang itu pun kembali dengan tangan hampa.

Usai perjamuan, Batin Lagoi menghampiri Jenang Perkasa. “Wahai, Jenang Perkasa! Aku sangat terkesan dan kagum dengan keelokan budi pekertimu. Bersediakah engkau aku nikahkan dengan putriku, Pandan Berduri?” tanya Batin Lagoi. “Dengan segala kerendahan hati, saya bersedia menerima putri tuan sebagai istri saya,” jawab Jenang Perkasa dengan sopannya.

Rupanya, Batin Lagoi sudah lupa dengan cita-citanya untuk menikahkan putrinya dengan anak raja atau megat. Meskipun sebenarnya Jenang Perkasa adalah anak seorang megat, tetapi Batin Lagoi tidak mengetahui tentang hal itu. Ia sungguh-sungguh tertarik dengan perangai Jenang Perkasa yang baik itu.

Seminggu kemudian, Jenang Perkasa pun dinikahkan dengan Putri Pandan Berduri. Pernikahan mereka dilangsungkan sangat meriah. Aneka minuman dan makanan dihidangkan. Tari-tarian juga dipergelarkan menghibur para pengantin dan para undangan. Jenang Perkasa dan Putri Pandan Berduri pun hidup bahagia.

Tak berapa lama kemudian, Batin Lagoi mengangkat Jenang Perkasa sebagai Batin di Bintan untuk menggantikan dirinya. Jenang Perkasa memimpin rakyat Bintan dengan bijaksana sesuai dengan adat yang berlaku di Bintan.


Kepemimpinan Jenang Perkasa yang bijaksana itu terdengar oleh masyarakat Galang. Hingga suatu hari, datanglah sekumpulan orang dari Galang ke Pulau Bintan. “Wahai, Jenang Perkasa! Kami sudah mengetahui tentang kepemimpinanmu di Pulau Bintan ini. Maksud kedatangan kami ke sini untuk mengajak engkau kembali ke Galang mengggantikan abang Engkau yang sombong itu sebagai Batin,” kata salah seorang dari mereka. Namun, Jenang Perkasa menolaknya. Ia lebih memilih menjadi Batin di Pulau Batin. Sekumpulan orang dari Galang itu pun kembali dengan tangan hampa.

Sementara Jenang Perkasa hidup berbahagia bersama Putri Pandan Berduri. Mereka mempunyai tiga orang putra, yang sulung dinamakan Batin Mantang, yang tengah Batin Mapoi, dan yang bungsu Batin Kelong.

Jenang Perkasa mendidik ketiga anaknya dengan baik, agar mereka tidak menjadi orang yang sombong. Ia berharap kelak mereka akan menjadi pemimpin suku yang bertanggung jawab. Maka pada ketiga anaknya diadatkannya dengan adat suku Laut, dan dinamakan dengan adat Kesukuan.

Setelah beranjak dewasa, ketiga anaknya tersebut memimpin suku mereka masing-masing. Batin Mantang membawa berhijrah ke bagian utara Pulau Bintan, Batin Mapoi dengan sukunya ke barat, dan Kelong dengan sukunya ke timu Pulau Bintan. Ketiga suku tersebut kemudian menjadi suku terbesar dan termasyhur di daerah Bintan. Jika mereka mengalami kesulitan, mereka kembali kepada yang pertama, yaitu kepada adat Kesukuan.

Tak lama kemudian, Jenang Perkasa meninggal dunia, disusul Putri Pandan Berduri. Walaupun keduanya telah tiada, tetapi anak-cucu mereka banyak sekali, sehingga adat Kesukuan terus berlanjut. Hingga kini, Jenang Perkasa dan Putri Pandan Berduri tetap dikenang karena dari merekalah lahir persukuan di Teluk Bintan. Suku Laut atau Suku Sampan ini masih banyak ditemukan berdiam di perairan Pulau Bintan.

Yuk Segera Bergabung Bersama Kami Di Jpoker99 kami menyediakan 8 Jenis Permainan Dalam 1 ID bosku. Tidak perlu " 

Download Apk " karena Dijamin Poker Kami Bisa bermain Langsung Lewat HP Atau Pun Lewat Komputer bosku.
~ 8 Jenis Permainan ( Sakong, BANDAR POKER, Poker Texas Holdém, Domino99, BandarQ, AduQ, Capsa Susun, Bandar66 )
~ Deposit Pulsa Rate Tertinggi Buat Anda Bosku ( Telkomsel & XL )
~ Minimal Deposit 10 ribu
~ Minimal Withdraw 20 ribu
~ Tersedia 7 Bank Lokal Juga
~ Bank Online 24jam Kecuali Gangguan
~ Bebas Melakukan Transaksi DP / WD Dalam Satu Hari.
~ Bonus CashBack 0,3% 2x Seminggu / Bonus Referral 20% 
~ WA : +85578811422

 Daftar Sekarang

Follow Us @soratemplates