Infomasi Penting : SITUS REKOMENDASI DARI KAMI SAAT INI ADALAH JPOKER99.COM dan JBANDAR.COM, MIN DEPO RENDAH WINRATE MANTAP, SILAKAN DI GAS BOSKU

Sabtu, 28 Maret 2020

# Kisah Rakyat Datung Ayuh Dan Bambang Siwara Di Banjar Pahuluan

Kisah Rakyat Datung Ayuh Dan Bambang Siwara Di Banjar Pahuluan

Masterceme, Cerita rakyat - ini mengisahkan tentang perbedaan pandangan antara dua orang bersaudara yang bernama Ayuh dan Bambang Siwara. Kedua orang bersaudara ini diturunkan oleh Ning Bahatara dari alam Patilarahan ke alam dunia. Konon, daerah Batu Bintihan yang terdapat di bagian sebelah Barat Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan diyakini sebagai tempat pendaratannya. Keyakinan ini diperkuat dengan sebuah batu sebesar truk gajah yang melintang di tengah Sungai Amandit yang di bagian atasnya terdapat puluhan pasang bekas telapak kaki yang masih tergurat.

Kisah Rakyat Datung Ayuh Dan Bambang Siwara Di Banjar Pahuluan

Di dunia, kedua orang bersaudara tersebut menjalani hidup mereka sebagai manusia di hutan belantara Kalimantan. Sebagai bekal, keduanya diberi buku yang berisi sejumlah ilmu. Lalu buku tersebut mereka bagi menjadi dua bagian yang sama. Mereka pun menerimanya dengan senang hati. Namun, belum sempat mereka mempelajari buku itu, tiba-tiba tempat mereka dilanda banjir. Apa yang akan mereka lakukan terhadap buku tersebut? Selamatkah mereka dari ancaman banjir tersebut? Ikuti kisahnya dalam cerita Ayuh dan Bambang Siwara berikut ini.

di daerah Batu Bintihan di bagian sebelah Barat Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan, hiduplah dua orang bersaudara yang bernama Ayuh dan Bambang Siwara. Mereka berasal dari alam Patilarahan yang diutus oleh Ning Bahatara untuk menjalani hidup mereka sebagai manusia biasa di dunia. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari, mereka dibekali sebuah buku yang berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. Sebagai tanda persaudaraan, keduanya sepakat untuk membagi buku petunjuk itu. Lalu buku itu mereka penggal menjadi dua bagian secara diagonal, sehingga buku itu disebut juga Buku Ba-rincung.[3] Ayuh dan Bambang Siwara menerimanya dengan senang hati.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Namun, belum sempat mereka mempelajari isi buku itu, tiba-tiba tempat mereka dilanda banjir besar. Tanpa pikir panjang, Ayuh segera menelan buku itu. Ia sangat khawatir buku itu rusak terendam banjir. “Ah, buku ini sudah aman di dalam perutku,” kata Ayuh dalam hati dengan senangnya.

Lain halnya dengan Bambang Siwara. Ia segera membaca bagian isi buku yang diterimanya. Ia pun mendapat beberapa petunjuk dari hasil bacaannya. Salah satunya adalah apabila terjadi banjir besar, batang bambu dapat dijadikan sebagai rakit yang akan mengapungkannya sampai air surut. Petunjuk itulah yang digunakan oleh Bambang Siwara.

Semakin lama genangan air semakin tinggi. Bambang Siwara pun segera mengajak saudaranya untuk menebang beberapa pohon bambu untuk dibuat rakit. “Hai, Saudaraku! Ayo, bantu saya menebang bambu!” ajak Bambang Siwara. “Untuk apa?” tanya Ayuh dengan santainya. “Saya baru saja mendapat petunjuk dari buku itu. Jika kita ingin selamat dari banjir, sebaiknya kita membuat rakit dari bambu,” jelas Bambang Siwara.

Ayuh tidak menghiraukan ajakan saudaranya itu. Justru ia menjawab, “Sebentar lagi air akan surut. Jika pun air semakin bertambah, kita lari naik ke puncak bukit yang tertinggi. Di sana kita pasti aman.”

“Daripada kita terus berlari ke sana ke mari menghindari genangan air, lebih baik kita segera membuat alat pengapung. Justru kita jauh lebih aman sambil menunggu air surut kembali,” Bambang Siwara kembali memberikan saran kepada saudaranya. Namun, saran itu tidak ditanggapi oleh Ayuh.

Melihat tidak ada tanggapan, Bambang Siwara segera menebang rumpun bambu yang banyak terdapat di sekitarnya. Batang demi batang ia satukan, lalu diikatnya dengan bilah-bilah rotan. Akhirnya jadilah sebuah rakit bambu yang juga disebut sebagai lanting. Tak lupa pula, Bambang Siwara mengisi rakit bambunya dengan berbagai macam bekal.

Arus air kian bertambah deras. Rakit bambu buatan Bambang Siwara mulai dihanyutkan oleh arus tersebut. Sementara Ayuh yang sejak tadi hanya tidur menunggu genangan air surut, tidak menyangka jika justru genangan air bertambah tinggi. Maka dengan sekuat tenaga Ayuh berenang mengejar Bambang Siwara yang sudah berada di atas rakitnya. “Tolooong… tolooong… tolong aku saudaraku…!” teriak Ayuh meminta tolong.

Bambang Siwara berusaha untuk menolong saudaranya. Ia melemparkan sebilah rotan ke arah Ayuh, namun Ayuh tidak berhasil menangkap ujung bilah rotan itu. Sementara rakit Bambang Siwara kian hanyut terbawa arus air, sehingga kedua bersaudara itu semakin berjauhan. Akhirnya mereka pun perpisah dan tidak pernah bertemu lagi.

Setelah peristiwa di atas, Ayuh diberitakan menjadi penghuni bukit-bukit di kiri kanan jajaran Pegunungan Meratus. Ia kemudian dikenal sebagai “Datung Ayuh”. Ia berkelana di hutan belantara. Wujudnya jarang terlihat karena banyak terlindung semak dan belukar. Oleh karena itu, masyarakat di sekitarnya memberinya gelar “Datung Payumbun” yang berarti tokoh yang tersembunyi. Walaupun demikian, kadang-kadang suaranya terdengar sangat nyaring dan lantang. Suara itu kadang-kadang muncul di tengah ladang ketika ia mengusir burung pipit dan burung lainnya

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Kadang-kadang juga suaranya terdengar lewat celah gunung ketika ia sedang bersuka ria. Menurut cerita, seluruh generasinya kemudian disebut “Urang Bukit” karena mereka menghuni daerah perbukitan. Turunan Ayuh kemudian dikenal sebagai “Urang Pahuluan” karena mereka tinggal di daerah hulu sungai yang ada di Kalimantan. Mata pencaharian pokok mereka adalah bertani dengan sistem berhuma ladang dan sebagian bersawah tadah hujan.

Sementara itu, Bambang Siwara hanyut bersama arus munuju arah selatan Kalimantan yang kemudian melahirkan generasi “Urang Banjar Kuala.” Mata pencaharian pokok mereka sebagian besar berdagang. Mata pencaharian ini merupakan warisan Bambang Siwara. Ilmu tentang berdagang tersebut ia peroleh dari Buku Ba-rincung yang pernah dibacanya. Oleh karena itu, generasi Bambang Siwara oleh Urang Pahuluan disebut “Dagang”, sedangkan Urang Pahuluan sendiri disebut “Dangsanak” oleh generasi Bambang Siwara. Hal ini mengingatkan bahwa kedua rumpun tersebut semula berasal dari dua badangsanak.

Adapun nilai moral yang terkandung dalam cerita di atas adalah pentingnya menuntut ilmu. Hal ini tercermin pada sikap Bambang Siwara ketika ia dan saudaranya, Ayuh, dilanda banjir, ia segera membaca buku yang menjadi bagiannya untuk mencari petunjuk atau ilmu. Lain halnya Ayuh yang langsung menelan buku yang menjadi bagiannya, sehingga ia tidak mendapatkan pengetahuan apa-apa. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan memiliki keutamaan bagi kehidupan manusia

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Follow Us @soratemplates