Fakta Di Balik Kematian Hantu Sadako Di Part 2
Kim Jenny
Februari 28, 2020
0 Comments
Masterceme, Fakta - Menurut cerita yang popular di negara Japan. Sadako Sasaki ini tidak berhasil membuat 1000 origami hewan bangau tersebut, Sasako ini hanya bisa menyelesaikan 644 bangau kertas sebelum kematiannya, dan akhirnya sahabatnya yang meneruskan hingga tercapai 1000 bangau kertas dan menguburkan semua hasil origami hewan bangau bersama jasad Sadako Sasaki.
Versi lainnya menyebutkan bahwa pada akhirnya bulan Agustus 1955 Sadako Sasaki telah berhasil mencapai targetnya itu dan terus melipatnya origami hewan bangau hingga banyak tersebut hingga ajalnya menjemput. Cerita ini berdasarkan dari buku Sadako dan ribuan kertas Cranes, sebuah pameran yang muncul di Hiroshima Peace Memorial Museum.
Sejak saat itu Sadako mulai membuat origami bangau untuk memohon kesembuhan untuk dirinya sendiri, untaian origami bangau digantung di atas tempat tidurnya dengan seutas benang, meskipun Sadako Sasaki mempunyai banyak waktu luang sewaktu dirumah sakit untuk membuat origami bangau.
Sadako Sasaki kehabisan kertas untuk membuatnya ia menggunakan medicine wrappings dana pa saja yang bisa digunakan untuk membuat origami bangau, sampai ia berkunjung ke kamar pasien lain untuk meminta kertas bekas bungkusan bingkisan pengunjung yang datang menujungi pasien.
Dan teman terbaiknya selalu membawakan kertas origami setiap hari sepulang dari aktivitas sekolah untuk Sadako Sasaki, tetapi sayangnya keinginan melipat 1000 bangau tidak tercapai, Sadako hanya mampu membuat origami bangau 644 sebelum kematian nya datang.
Dan teman terbaiknya selalu membawakan kertas origami setiap hari sepulang dari aktivitas sekolah untuk Sadako Sasaki, tetapi sayangnya keinginan melipat 1000 bangau tidak tercapai, Sadako hanya mampu membuat origami bangau 644 sebelum kematian nya datang.
Selama berada dirumah sakit kondisi Sadako memburuk secara dratis, membuat keluarga dan saudaranya sedih melihatnya, ibunya membuatkan sebuah baju kimono bercorak bunga sakura supaya depat digunakan sebelum ajalnya menjemput.
Saat itu Sadako merasa kondisinya membaik sehingga ia dibolehkan pulang selama beberapa hari. Sadako berteman dengan seorang anak laki-laki bernama Kenji, seorang anak yatim, yang juga menderita leukemia tetapi sudah dalam stadium lanjut. Kenji sudah terkena dampak radiasi sejak ia dalam kandungan ibunya.
Sadako mencoba memberi Kenji harapan dengan kisah bangau emas (The golden crane story), tetapi Kenji sadar akan kenyataan bahwa waktunya sudah dekat. Ibunya sudah lebih dulu meninggal, dan ia sudah belajar bagaimana cara membaca diagram darahnya (blood charts) dan sudah tahu bahwa ia sudah dalam kondisi sekarat. Saat di rumah Saat di rumah sakit, Sadako menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kematian Kenji, dan dia sangat terpukul. Sadako tahu bahwa gilirannya pun akan segera tiba.
Setelah keluarganya memaksanya untuk makan sesuatu, Sadako meminta teh hijau dan berkomentar “It’s good.” Kalimat itu adalah kalimat terakhirnya. Dikelilingi oleh keluarganya, Sadako meninggal dunia pada tanggal 25 Oktober 1955 pada usia 12 tahun. Teman-temannya menyelesaikan pembuatan bangau kertas sisanya hingga genap terkumpul 1000 bangau dan menguburkannya bersama jasad Sadako.
Sepeninggal Sadako, teman-temannya menerbitkan suatu koleksi surat-surat untuk menggalang dana yang akan digunakan untuk membangun sebuah monumen peringatan bagi Sadako dan semua anak yang meninggal akibat efek bom atom. Pada tahun 1958 sebuah patung Sadako memegang bangau emas berdiri di Hiroshima Peace Memorial Park, bangsa Jepang menyebutnya dengan nama Genbaku Dome. Di kaki patung terdapat sebuah prasasti bertuliskan:
“This is our cry. This is our prayer. Peace on Earth.”
(“Inilah jeritan kami. Inilah Doa kami. Damai lah di bumi”).
Di Seattle Peace Park juga terdapat patung Sadako. Sadako telah menjadi simbol dampak perang nuklir, mengingatkan betapa berbahayanya perang nuklir. Sadako juga menjadi pahlawan untuk gadis-gadis di Jepang. Kisah hidupnya diceritakan di sekolah-sekolah Jepang saat memperingati pemboman Hiroshima. Sebagai dedikasi untuknya, penduduk Jepang merayakan 6 Agustus sebagai National Peace Day.
Kisah Sadako menjadi terkenal pula di kalangan murid sekolah di luar Jepang karena ditulis menjadi sebuah novel. The Day of the Bomb ditulis seorang penulis berkebangsaan Austria Karl Bruckner. Sadako and the Thousand Paper Cranes pertama kali diterbitkan pada tahun 1977 ditulis oleh Eleanor Coerr. Robert Jungk juga menulis Children of the Ashes, di dalamnya ditulis pula kisah Sadako. Setiap tahun, ribuan paper crane dikirim oleh anak-anak dan orang dewasa dari seluruh penjuru dunia ke Hiroshima Peace Memorial Park. Burung bangau merupakan simbol harapan untuk masa depan yang lebih baik yaitu perdamaian tanpa penderitaan.
Kisah Sadako dapat menjadi pengingat bagi kita apa yang terjadi akibat perang terlebih jika suatu negara memilih untuk menggunakan senjata nuklir.
Burung bangau di Jepang merupakan salah satu mahluk mistis atau suci (selain naga dan kura-kura) yang dipercaya dapat hidup ribuan tahun. Thousand Origami Cranes (千羽鶴, Senbazuru) yaitu sebuah untaian seribu origami bangau kertas yang disatukan dengan benang. Ada sebuah legenda kuno Jepang yang konon menjanjikan bahwa siapapun yang dapat melipat seribu bangau origami akan dihadiahi “WISH” oleh sang bangau, seperti umur panjang, sembuh dari sakit.
Maka Senbazuru menjadi wedding gift yang populer untuk keluarga dan teman spesial. Si pemberi berharap pengantin mendapat seribu tahun kebahagiaan dan kesejahteraan. Dapat juga sebagai kado untuk bayi yang baru lahir agar berumur panjang dan mendapat keberuntungan.
Menggantung Senbazuru di rumah dianggap membawa keberuntungan. Ada pula yang menggunakan sebagai matchmaking charm untuk gadis-gadis Jepang saat berusia 16 tahun. Sang gadis akan membuat 1000 bangau untuk diberikan kepada sang jaka yang dikaguminya.