Infomasi Penting : SITUS REKOMENDASI DARI KAMI SAAT INI ADALAH JPOKER99.COM dan JBANDAR.COM, MIN DEPO RENDAH WINRATE MANTAP, SILAKAN DI GAS BOSKU

Minggu, 27 Oktober 2019

# 18 Bayi Yang Baru Lahir Menjadi Tumbal Di Karang Anyar Hingga Sekarang # Mengubah Tradisi Dhukutan

Mengubah Tradisi Dhukutan, 18 Bayi Yang Baru Lahir Menjadi Tumbal Di Karang Anyar Hingga Sekarang

Indonesia, Mistis - Tradisi memang merupakan hal yang sudah dilakukan sejak lama dan menjadi kebiasaan di suatu tempat. Ada banyak tradisi yang masih dijaga dan lestari di Indonesia hingga saat ini, salah satunya adalah tradisi Dhukutan. Setiap bulan pada wuku Dhukut dan malam Selasa, di daerah Nglurah Lor dan Kidul Tawangmangu Karang anyar diadakan tradisi Dhukutan. Namun, ada kisah mengenai mengubah tradisi Dhukutan, 18 bayi jadi tumbal yang terjadi.

Mengubah Tradisi Dhukutan, 18 Bayi Yang Baru Lahir Menjadi Tumbal Di Karang Anyar Hingga Sekarang

Tradisi ini sebenarnya dilakukan di kawasan cagar budaya Menggung yang menjadi daerah perlindungan dari Dinas Pelestari dan Peninggalan Benda Pustaka. Diperkirakan, situs ini sudah ada sebelum zaman peradaban Prabu Erlangga sebagai tempat persembahyangan Siwa Budha dan Hindu. Oleh karena itu, untuk menghormati leluhur, maka tradisi tersebut dilakukan setiap tahun.

Sama seperti tradisi pada umumnya, Dhukutan juga memiliki beberapa aturan yang harus dilakukan. Tradisi ini merupakan wujud syukur kepada alam semesta yang sudah melimpahkan hasil bumi pertanian yang banyak. Biasanya, tradisi ini berjalan dengan lancar hingga ada peristiwa mengubah tradisi Dhukutan, 18 bayi jadi tumbal yang terjadi di medio 80an.

 Daftar Sekarang

Untuk melakukan tradisi ini, warga sekitar mengadakan adat kecrok sekitar tiga hari sebelum Dhukutan yang dilakukan dengan menumbuk jagung hingga menjadi tepung dan digunakan untuk membuat sesaji Dhukutan. Tepat pada malam Selasa Kliwon, beberapa sesaji seperti tumpeng nasi jagung, geger sapi, sayur bhongko dan lainnya di tata rapi dan diletakkan di bangsal desa yang terletak di sekitar situs candi Menggung.

Kisah mengenai mengubah tradisi Dhukutan, 18 bayi jadi tumbal terjadi karena warga setempat tidak melakukan tradisi sesuai apa yang diperintahkan. Dalam tradisi Dhukutan, seluruh sesaji yang digunakan tidak boleh di masak dengan cara digoreng tetapi hanya ditanak dan dibakar saja. Juga, sesaji tersebut tidak boleh dicicipi terlebih dahulu.

Mengubah Tradisi Dhukutan, 18 Bayi Yang Baru Lahir Menjadi Tumbal Di Karang Anyar Hingga Sekarang

Pada medio 80an terdapat kisah mengubah tradisi Dhukutan, 18 bayi jadi tumbal yang terjadi. Peristiwa tersebut terjadi karena ada warga yang menyepelekan tradisi yang sudah mendarah daging tersebut. Jagung yang biasanya menjadi bahan utama dalam tradisi diubah penggunaannya dengan beras. Selain itu, sesaji yang seharusnya ditempatkan di sekitar situs Menggung ditempatkan di luar situs dan agenda tradisi juga diadakan di lain tempat.

Akibat peristiwa yang dianggap menyalahi aturan tradisi tersebut, dalam dua bulan di kampung tersebut terjadi kematian 18 bayi serta 2 orang dewasa. Kematian yang beruntun tersebut dianggap sebagai tumbal atas kekurangajaran karena tidak menaati tradisi yang sudah berkembang sejak lama. Hal ini disesalkan oleh umat Hindu dan Budha yang menjadi pemrakarsa tradisi tersebut. Sementara seseorang yang menjadi provokator meninggal tanpa alasan yang jelas.

Tradisi ini kini masih diselenggarakan oleh masyarakat setempat sebagai wujud dari rasa syukur dan usaha melestarikan kebiasaan leluhur zaman dahulu. Meskipun dianggap sebagai tradisi yang kuno di era modern seperti sekarang ini, namun adanya tradisi ini justru menjadikan keanekaragaman budaya di Indonesia senantiasa terjaga dengan baik.

Peristiwa mengenai mengubah tradisi Dhukutan, 18 bayi jadi tumbal yang terjadi di masa lampau menjadi pelajaran berharga bagi para warga di dusun setempat. Kini, mereka senantiasa melakukan tradisi sebagaimana apa yang disuruh oleh para leluhur. Dewasa ini, tradisi tersebut bukan hanya menjadi salah satu adat yang masih dijaga tetapi juga menjadi objek wisata bagi warga daerah lain yang penasaran dengan tradisi Dhukutan yang diselenggarakan oleh mayoritas orang Hindu dan Budha. 

 Daftar Sekarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Follow Us @soratemplates