Masterceme, Misteri - Satu suro dalam bahasa jawa tanggal ini begitu menyeramkan. Padahal, ketika kalian melihat dari perspektif yang berbeda, misalkan dari sisi agami, satu suro adalah tanggal pergantian tahun. Biasanya, ketika pergantian tahun akan ditandai dengan hal hal yang menyenangkan. Kalian bisa melihat jika pergantian tahun masehi datang, hampir seluruh warga masyarakat menyambutnya dengan penuh cita. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya hiburan dan banyaknya pesta yang dilaksanakan. Apa sebenarnya yang membuat malam tahun baru yang jatuh di satu januari dan satu muharram memiliki kesan yang bisa dikatakan sangat berbanding terbalik?
Hampir setiap orang akan merinding ketika mengingat pesan satu suro. Apalagi jika kalian adalah orang jawa. Kalian pastinya tahu betul apa saja hal-hal yang tidak boleh kalian lakukan. Salah satunya yang paling sering terdengar adalah tidak boleh mengadakan pesta. Padahal, jika kalian melihatnya dari sisi keagamaan, khususnya agama islam, tanggal satu muharram adalah tanggal bagus untuk mengadakan pesta atau acara. Namun, saking kentalnya masyarakat jawa akan budaya dan kepercayaan yang sudah terlanjur mendarah daging, akhirnya malam satu suro malah menjadi malam yang bisa dibilang sangat ditakuti.
Seperti peribahasa, tidak akan ada asap jika tidak ada api, begitu pula ketika kalian membicarakan soal malam satu suro. Dalam kepercayaan masyarakat jawa, pada malam satu suro tersebut para arwah akan kembali ke tempatnya atau ke rumahnya masing masing. Tidak begitu menakutkan ketika arwah tersebut adalah arwah anggota keluarga yang mana mungkin pulang karena rindu akan keluarganya. Tetapi, jika nyatanya arwah yang datang adalah arwah arwah yang kematiannya tidak diinginkan, pastinya itu akan menyebabkan suatu masalah tersendiri.
Menurut orang yang masih percaya akan adat jawa atau bisa disebut dengan istilah kejawen. Pada malam satu suro tersebut, arwah arwah yang asalnya dari arwah para orang yang dibuat tumbal akan terlepas dari belenggu. Arwah yang dijadikan pesugihan itu sebenarnya belum sepenuhnya meninggal karena memang mereka belum waktunya meninggal. Namun, karena ada seseorang yang menjadikannya tumbal, maka jasadnya yang mati tetapi arwahnya masih tetap hidup di suatu alam ghaib. Di alam itulah mereka akan dijadikan budak oleh para pemberi pesugihan. Jika sehari harinya hidupnya sengsara, maka di satu suro adalah hari liburnya dan mereka bebas berpetualang kemanapun mereka mau, termasuk mengajak orang untuk menjadi temannya.
Itulah yang ditakutkan oleh orang jawa. Saat mereka membuat pesta atau acara pada malam satu suro, ditakutkan malah arwah para tumbal akan datang dan akan membahayakan hidup mereka. Bahkan, ada pula yang mengatakan, bahwa malam satu suro adalah malam dimana para pencari pesugihan mencari tumbal untuk memperlancar aksinya. Dengan mengadakan pesta, mereka bisa diartikan mengundang para makhluk ghaib untuk bergabung karena pada hari itu memang para makhluk kasat mata sedang merayakan kebebasannya. Jadi, yang biasanya mengadakan pesta pada malam satu suro hanyalah mereka yang meminta pesugihan kepada jin atau sebangsanya. Pesta diadakan untuk memberikan tumbal yang diminta.
Sungguh menyeramkan bukan? Itulah mengapa masyarakat jawa sangat menyakralkan malam satu suro. Hal tersebut dikarenakan kepercayaannya yang sudah mendarah daging dan turun temurun. Apa yang menjadi kepercayaan biasanya bisa menjadi sesuatu yang benar terjadi. Entah itu suatu kebetulan tetapi malam satu suro benar benar menyeramkan. Bahkan ada pula sampai menjadikannya sebagai ide untuk film misteri. Hal tersebut tidak akan muncul jikalau tidak pernah terjadi. Meski malam satu suro mencekam, tetapi kita sebagai manusia tetaplah tidak boleh percaya seratus persen karena kita hanya wajib percaya pada Tuhan. Sakral atau tidaknya malam satu suro tergantung dengan yang menjalani dan mempercayainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.